Selasa, 26 Maret 2024

Mengenal Literasi Keluarga Bersama Forum Buku Berjalan




Ada yang menarik dari temu buku Online Sabtu, 23 Maret 2024. Tak hanya sharing bacaan, anggota Buku Berjalan Indonesia juga mendapatkan materi singkat tentang 'Mengenal Lebih dalam Literasi Keluarga' yang disampaikan oleh Kak Andi Ahmad. Beliau merupakan pegiat literasi keluarga yang aktif dalam berbagai kegiatan pendidikan dan literasi. 

Menurut Kak Andi, keluarga menjadi komponen utama yang bisa memengaruhi anak suka membaca. Dalam prosesnya, anak perlu dikenalkan dengan buku sedini mungkin-bahkan sebelum mereka belajar membaca. Sebelum mengajarkan membaca, hal pertama yang perlu diperhatikan orang tua adalah mengenalkan buku pada si kecil. Hal ini bertujuan agar mereka mulai mengenal buku dan terbiasa dengan tulisan. Orang yang cinta buku akan menularkan hobi tersebut ke anak mereka agar suka buku juga.



Setelah materi singkat tersebut, para anggota mulai membaca bacaan masing-masing selama waktu yang telah ditentukan. Setelah itu, barulah anggota saling berbagi hasil bacaan mereka. Hal ini bertujuan untuk mewadahi para anggota untuk konsisten membaca bersama-sama. Proses berbagi juga bisa menjadi sarana menyebarkan ilmu baru bagi para anggota lainnya.

Nah, demikian hasil laporan temu buku akhir Maret 2024 ini. Semoga kegiatan ini bisa menjadi kebermanfaatan yang berkelanjutan dan memberi motivasi teman-teman untuk semangat membaca buku. Salam literasi!

Kontributor: Yuyun Maulidah
Editor : Yuyun Maulidah

Selasa, 12 Maret 2024

Forum Buku Berjalan: Kembangkan Literasi dengan Mengulas Buku

Buku Berjalan Indonesia menghadirkan kelas buku bertema "Mengulas Buku di Instagram", bersama Alya Putri pada Sabtu, 9 maret 2024 lalu. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan literasi anggotanya yang memiliki ketertarikan menjadi bookfluencer. Dipandu oleh kak Rahmah dan narasumber materi oleh Kak Alya, kelas buku berjalan dengan lancar. Kak Alya dikenal melalui konten-konten edukatif melalui akun Instagram @bacaanalya. Kak Alya juga menjadi mentor dalam sebuah kuliah daring perbukuan yang bisa diakses melalui akun Instagramnya.



Menurut kak Alya, mengulas buku tak hanya memberikan pendapat tentang buku. Sebelum mengulas buku dan membagikannya di media sosial, kita harus tahu tujuan dalam mengulas buku. Ada beberapa tujuan dalam mengulas buku, yaitu sebagai apresiasi terhadap buku, melatih berpikir kritis, dokumentasi, dan berbagi pengalaman. Proses ini membutuhkan waktu dan konsistensi agar konten yang dihadirkan menarik dan memiliki pasar di media sosial.


Kegiatan ini menjadi agenda rutin Buku Berjalan Indonesia sebagai komunitas pegiat literasi di Indonesia. Dengan adanya kelas buku ini, kami berharap dapat menjadi media calon bookstagram salam berkarya melalui buku. Kami juga berharap agar minat membaca buku semakin meningkat di era serba digital ini. Jangan bosan untuk belajar, sahabat buku! Salam literasi! 😊

Kontributor: Yuyun Maulidah
Editor : Visya Al Biruni

Sabtu, 24 Februari 2024

Review Buku Berpura-Pura Bahagia Itu Melelahkan




Forum Buku Berjalan Indonesia mengadakan bicara buku pada Jumat 23 Februari 2024 dan diulas oleh Kak Caca melalui Whattsapp grup.  Bicara buku kali ini membahas buku berjudul "
Berpura-pura Bahagia itu Melelahkan" karya *Asti Musman*

Bacaan ini ringan dan cocok dibaca oleh siapapun. Dalam buku berjumlah 264 halaman ini, penulis mengajak kita mengupas tentang toxic happiness dan bagaimana agar kita tidak hidup dalam kekhawatiran.

Berisikan 11 bab dan 1 epilog, buku ini dimulai dengan bagian "Pura-Pura Bahagia". Masalah apa yang akan timbul jika kita memaksakan untuk selalu berpura-pura bahagia, menyembunyikan perasaan, hingga ilmu tentang bahagia yang sesungguhnya.

Selain itu, kita juga disuguhkan dengan ciri-ciri atau tanda bahwa kita pura-pura bahagia, mitos-mitos tentang bahagia, makna kebahagiaan yang sesungguhnya, kebiasaan yang harus kita hindari agar hidup bisa lebih bahagia, cara menemukan tujuan hidup, hingga karakter yang harus dimiliki agar hidup lebih bahagia.

Di dalam buku ini kita dapat menemukan jawaban dari dilema yang sering kita alami.

Ternyata, cara agar kita tak lagi berpura-pura bahagia dan lebih mendengarkan ucapan orang lain adalah dengan menemukan makna dan tujuan hidup kita.

Ditandai dengan apa saja sih??
Salah satunya, adalah dengan tahu benar apa yang kita mau.

"Oh, aku ingin hidup tenang dan mencintai pekerjaanku," seperti itu misalnya. Ketika kita sudah mengetahui apa tujuan hidup kita, maka sekeras apapun orang lain mencoba untuk mengusik, kita tidak akan goyah.

Kemudian, kita sudah memiliki standar kita sendiri. Sehingga tidak membuat kita merasa perlu mengejar pencapaian orang lain dan akhirnya kelelahan sendiri.

Menariknya, kedua tanda tersebut berkaitan dan dapat diwujudkan dengan 2 kunci...

1. Menyadari bahwa hidup tidak ada yang sempurna, sehingga kita lebih mampu untuk bersyukur dan menikmati segala kekurangan dan kelebihan dalam hidup kita.
2. Memiliki kelapangan untuk melepas hal-hal berharga yang sewaktu-waktu mungkin dapat hilang, sebaik dan selapang ketika kita mendapatkannya.



Bukunya tidak begitu berat, menurut pengulas cocok untuk dibaca disela-sela aktivitas harian yang padat. Di setiap pembukaan bagian baru juga terdapat kutipan dari ahli terkenal.

Membaca buku ini rasanya seperti melakukan refleksi diri, efek yang didapatkan untukku pribadi adalah menjadi lebih rileks dan pastinya mendapatkan wawasan baru.

Yahh, agaknya berhasil nyindir pengulas juga yang masih suka kurang lapang dan maunya serba sempurna. Tersadar, "Pantesan kok aku berusaha bahagia, tapi gak sebahagia itu. Aku justru sering capek dan stress. Ternyata...

Terakhir, aku mau kasih sedikit kutipan dari epilog:

"Acap kali orang mengartikan kebahagiaan dengan kesenangan/kesuksesan finansial, padahal ternyata tingkat kebahagiaan yang paling tinggi adalah saat kita memperjuangkan misi hidup, yaitu kehidupan yang bermakna. Kita hanya hidup satu kali. Akan tetapi, satu kali juga sudah cukup jika kita memilih pertandingan yang benar dan tahu cara memenangkannya."

Pertanyaan-Jawaban
1. Kenapa kita gak harus pura pura bahagia?
Mungkin lebih tepatnya, secara tidak langsung kita dikasih tahu dampak dari berpura-pura bahagia, Kak. Seperti dampak negatif kepada kesehatan mental.

Kita sering banget mengabaikan perasaan kita sendiri hanya karena takut dengan penilaian orang lain pada kita, jadi berusaha nunjukkin kebahagiaan agar semata-mata orang lain senang pada kita.

Nampaknya, kita jadi terlihat punya banyak teman. Tapi sesungguhnya, tidak seperti itu.

Tampil apa adanya dan mengutamakan perasaan sendiri (tanpa peduli penilaian orang) adalah yang paling terbaik, karena dengan begitu kita akan  benar-benar menemukan relasi yang berkualitas

2. Ciri cirinya yg sering banget kita abaikan apa ka?

Ada 8 tanda. Aku spill salah satunya, yaitu selalu berusaha produktif kapanpun (gak bisa diam), atau bisa dibilang... merasa bersalah kalau gak produktif sehari aja. Padahal, istirahat juga termasuk salah satu kegiatan produktif.

Kontributor: Yuyun Maulidah
Editor: Evi Syahida

Rabu, 03 Januari 2024

Review Buku "Matinya Ranjang Nomor 12": Kisah Inspiratif Negara Berkonflik

Buku Berjalan Indonesia kembali menghadirkan bicara buku pada senin, 25 Desember 2023. Dengan pembicara Kak @Cista, obrolan tersebut berpusat pada buku "Matinya Ranjang Nomor 12" karya Ghassan Kanafani.

Sekilas mengenai *blurb* buku ini:

Matinya Ranjang Nomor 12 diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Muasomah, dari naskah “12 موت سرير رقم” yang terbit pada 1961. Buku ini merupakan kumpulan cerita yang menjadi karya debut Ghassan Kanafani sebelum ia dikenal sebagai salah satu penulis terpenting di Timur Tengah melalui puluhan karya-karyanya yang lain. Tujuh belas judul cerita di dalam buku ini secara umum dapat dipahami sebagai kegelisahan awal penulis atas takdir hidupnya sebagai bagian dari bangsa Palestina yang terjajah dan terusir. Kematian menjadi tema yang begitu dominan pada sekumpulan cerita yang ia tulis, di samping tema kegetiran nasib dan garis hidup yang mengerikan, Ghassan Kanafani juga menceritakan bagaimana rumitnya kehidupan percintaan dari rakyat yang negaranya tengah berkonflik.



Dari blurb-nya tersebut, ada yang sudah bisa mengetahui hal utama yang dibahas dalam buku ini? Sama seperti judulnya, kematian menjadi topik utama dalam buku ini–kematian yang dengan ‘mudah’ digambarkan penulis dan bagaimana kita masih bisa melanjutkan hidup di tengah kematian pihak lain.

Salah satu cerpen yang membekas dan membuat kak Cista berpikir ulang kalau mau berbicara tentang kematian, yaitu cerpen dengan judul “Matinya Ranjang Nomor 12”. Cerita pendek ini menceritakan tentang Muhammad Ali Akbar yang bahkan di ambang kematiannya hanya mau dipanggil dengan menggunakan nama lengkapnya. Menurut kak Cista, cerita ini menggambarkan bagaimana penulis menggambarkan kematian dengan serius dan bagaimana seseorang melindungi harta terakhir yang melekat dalam dirinya, nama, setelah segalanya direbut paksa. Selain itu, cerita ini juga dapat ditafsirkan sebagai sebuah satire bagi pihak yang menciptakan narasi mereka sendiri terhadap jalan hidup orang yang sudah tiada.

Salah satu hal menarik bagi pembicara adalah passion yang dimiliki penulis dalam memperjuangkan hak hidup dari masyarakat negaranya. Kak Cista juga terpesona dengan cara penulis mengemas pesan dan pikiran tersebut dalam sebuah cerita pendek yang sangat menyentuh dan menusuk hati pembacanya. Sastra karangan Ghassan Kanafani secara umum berakar pada kedalaman budaya Arab dan Palestina yang pada tahap selanjutnya turut memengaruhi penyebaran kesadaran dunia Arab dan internasional tentang perjuangan bangsa Palestina.

Kenyataan bahwa beliau adalah salah satu anggota Front Pembela Palestina kemudian membuat suaranya semakin didengar oleh banyak orang, memperluas circle of influence beliau dan membuat beliau menjadi salah satu penulis terpenting di Timur Tengah. Kisah hidup beliau berakhir dengan pembantaian, namun pesan yang ingin ia sampaikan tentang penjajahan dan perampasan hak hidup orang lain menjadi kisah yang hidup selamanya dalam buku-bukunya.

Poin yang menjadikan buku ini insightful juga adalah karena banyaknya perspektif mengenai kehidupan dan kematian yang diambil untuk menceritakan kegelisahan penulis atas takdir hidupnya sebagai bagian dari bangsa Palestina yang terjajah & terusir. Ada yang menceritakan dari perspektif seseorang yang baru saja mengalami tragedi cinta sampai rakyat biasa yang hidupnya terkena imbas perang.

Contohnya, cerita “Kue di Atas Trotoar” yang menitik-beratkan dampak perang terhadap fungsi keluarga, terutama bagaimana anak-anak menyaksikan kekejaman secara langsung & harus mengemban tanggung jawab untuk melindungi dirinya, keluarganya, serta menanggung beban untuk menafkahi keluarganya–karena ayahnya terpaksa berjuang di medan perang.

Kekurangan dari buku ini, mungkin untuk teman-teman yang jarang atau malah baru pertama kali membaca sastra klasik seperti karya Ghassan Kanafani ini, mungkin akan kesulitan untuk memahami keseluruhan jalan cerita. Namun menurut kak Cista, setiap cerita memang harus dibaca secara perlahan dan diresapi, jadi harus meluangkan waktu lebih banyak untuk menyelesaikan buku ini.

Secara keseluruhan, semua cerpen dalam buku ini sangat berkesan bagi kak Cista dan memperluas pengertian mengenai konflik warga lokal di Palestina. Sebagai penulis sastra Arab yang pertama kali dibaca, Ghassan Kanafani memiliki gaya penulisan yang mampu menyihir pembacanya untuk membayangkan keadaan tokoh di dalamnya. Banyak pelajaran dalam hidup, bahkan sekecil bercanda tentang kematian, dalam buku ini dapat kita jadikan sebagai bahan refleksi diri. Benar-benar 17 cerpen yang menaik-turunkan emosi dan menyentuh.



Pertanyaan:
1) kita bisa akses buku ini dimana kak? Cetak atau digital? Kalo digital dimana?

2) Berdasarkan penuturan kak Cista, tema besar buku ini membahas pembantaian yang terjadi di Palestina, secara umum kalo dari muatan cerita, sastra klasik ini ad muatan adegan sadisme ngga ya?


Jawaban
1. Kebetulan buku terjemahannya baru bisa diakses melalui physical aja. Bisa diorder lewat instagram atau shopee: intensifbooks
2. Kalau adegan sadisme seperti itu di beberapa cerita dijabarkan jelas, tapi kebanyakan sih pakai analogi gitu

Pertanyaan
Buku ini kan bercerita tentang Palestina dan perampasan hak hidup di dalamnya, buku ini masih masuk ke dalam kategori buku fiksi kah? Tidak ada based on kejadian nyata di dalamnya?


Jawaban
Kalau menurut kak Cista ini masuk ke fiksi. Karena kejadian dalam cerpennya ngga benar-benar terjadi, tapi pesan yang ingin disampaikan disesuaikan dengan apa yang penulis lihat dari sekitar beliau

Pertanyaan
Menurut Kak Cista, dari segi cara menerjemahkan isi bukunya, bagaimana? Dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia, apakah ada masalah? Apakah mengurangi feel yang terkandung dari cerita tersebut?


Jawaban
Kalau menurutku sih dari translate sedikit kaku, tapi mungkin karena buku ini adalah sastra klasik jadi memang pembahasaannya begitu sih.

Lalu untuk dari segi pesan dalam buku ini juga ga jadi berkurang feelnya karena terjemahannya. My tips: Just take your time to read this

Pertanyaan
Untuk pembaca yang mungkin sebelum nya belum pernah baca bacaan Sastra seperti ini, apakah ada tips nya? untuk nantinya bisa tetap menikmati dan menyerap pesan dalam membaca buku ini?


Jawaban
Kalau tips dari aku mungkin bisa spare lebih banyak waktu untuk baca seluruh ceritanya dan yg terpenting — take notes

Jadi nanti notes-nya bisa dipakai buat diskusi dengan teman-teman yang sudah baca bukunya atau yang concern issue-nya sama dengan topik buku yg kita baca.

Pertanyaan
Terkait take notes, izin buat bertanya lagi ya kak, adakah tips notes yang ga boros kata? jadi bener-bener nyatet poin2 insight-nya gitu, kadang cuman mengandalkan Highlight dan sering pemborosan kata kalo notes, kesannya jadi ga merangkum poin pentingnya

Jawaban
Kalau aku biasanya highlight di dialog yang jadi klimaks cerita atau kalimat yang kelihatannya mengarah ke pesan cerita gitu sih, kak. Kalaupun panjang biasanya kalau dibaca terus bisa nemu kata yang paling penting. Terus biasanya aku tulis dulu pendapatku tentang arti kalimat tsb, nanti setelah cari2 review lain atau diskusi dengan pembaca buku lagi bisa ditambahkan insight dari mereka juga.

Caraku begitu sih, tapi balik lagi cara ternyaman itu beda-beda tiap orangnya. 

Kontributor: Yuyun Maulidah
Editor : Yuyun Maulidah

Kamis, 14 Desember 2023

Review Buku “Finding Ikigai in My Journey”



Forum Buku berjalan kembali menghadirkan kegiatan bicara buku yang diadakan pada Minggu, 10 Desember 2023 pukul 19.00 WIB. Bicara Buku kali ini membahas tentang buku berjudul Finding Ikigai In My journey karya Vita Wahid. Sebagai pembicara, Mbak Rahmah menjelaskan bahwa buku ini didefinisikan sebagai hidup yang memiliki arti, makna, atau tujuan.

Rabu, 06 Desember 2023

Komunitas Buku Berjalan dan Lentera Adakan Kelas Buku Untuk Pemula

 




Dalam kontribusi meningkatkan literasi masyarakat Indonesia, Forum Buku Berjalan Indonesia mengadakan kelas buku bertema How To Do Productive: Writing For Beginner. Kegiatan ini dilakukan pada Minggu, 26 November 2023 secara daring. Webinar ini menjadi agenda akhir tahun yang diadakan Komunitas Buku Berjalan bersama Lentera, sebuah platform baca tulis yang bisa diakses secara gratis. Webinar ini juga diadakan dalam rangka mempromosikan antologi cerpen berjudul Me, Myself & Books karya Forum Buku Berjalan. Antologi ini memuat 22 kisah menarik tentang pengalaman penulis bersama buku.

Memulai dan konsisten dalam menulis memang tidak mudah. Apalagi banyak ketakutan-ketakutan yang dirasakan penulis pemula. Mereka takut dihujat, takut tidak mendapat respon positif, takut tidak sempurna, takut sia-sia, dan ketakutan lainnya. Namun, ketakutan itu bisa diatasi dengan satu cara, yaitu mencoba menulis. Hal inilah yang menjadi latar belakang diadakannya webinar bersama Lentera ini.

                                                                         


 

Mengundang William win Yang dan Akarui Cha sebagai narasumber, webinar yang diramaikan oleh 26 peserta ini berjalan lancar. Peserta tampak antusias mendengarkan materi yang disajikan oleh narasumber. Ada beberapa poin yang disampaikan oleh narasumber, yaitu pengalaman menulis, tips untuk mulai produktif menulis, cara untuk terus konsisten, dan mengembangkannya menjadi penghasilan. Salah satu hal menarik adalah narasumber memberi kesempatan agar peserta praktik menulis. Dengan hadiah menarik sebagai penyemangat bagi peserta yang turut serta meramaikan.

Mengulas tentang narasumber, William win Yang merupakan pebisnis sekaligus penulis dari Lentera. Dia banyak membagikan pengalaman bisnis tersebut dalam tulisannya dengan kalimat sederhana. Hal ini membuat pembaca akan lebih mudah memahami dunia bisnis. Beberapa tulisannya tersebut Business Strategist, Fintech Expert, Best Selling Book Writer, Best Selling Writer Of Taipan Trilogy, dan AMSYONG yang baru rilis di Lentera. Narasumber selanjutnya, Akarui Cha adalah seorang penulis yang berawal dari hobi membaca. Tak hanya menulis buku, kak Acha juga aktif menulis di berbagai komunitas literasi, misalnya Buku Berjalan Indonesia dan Drakor Class. Dia juga memiliki Blog pribadi yang berisi tentang lifestyle dan pengalaman menulisnya. Dalam kesehariannya, dia menjadi freelancer copywriter dan masih menulis fiksi. Karya terbarunya berjudul ‘Hilal Halal Ifthar’.



Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Forum Buku Berjalan dan Lentera App, sebuah platform baca tulis. Selain mengusung platform literasi, kegiatan ini didukung beberapa media partner, yaitu bentang pustaka, @ACRBandung, Cimahi.readaloud, @sharing_keluarga, @readaloudjepara, @readaloudgresik, @readaloudklaten.id, @readaloudboyolali. Dengan adanya kegiatan ini, penyelenggara berharap agar literasi generasi muda semakin meningkat, baik dari segi membaca maupun menulis. Mereka tak lagi takut menulis dan mulai berani menunjukkan bakat. Dengan tekad dan kerja keras, tak ada mimpi yang mustahil. Semua butuh proses dan konsisten. Salam literasi!

Kontributor: Yuyun Maulidah
Editor: Visya Al Baruni

Jumat, 28 Juli 2023

Lebih Fokus Membaca dengan Membaca Sadar: Liputan Kelas Buku "Mindful Reading & Writing"

 


Pernahkah kamu bertanya-tanya, mengapa orang lain memiliki banyak prestasi? Mereka masih bisa produktif di berbagai kegiatan di sela kesibukan sehari-hari, baik itu kuliah maupun bekerja. Satu per satu prestasi mereka muncul dengan bangga. Hal ini terkadang membuat seseorang insecure dan merasa tertinggal. Kira-kira apa ya rahasia mereka?

Mengenal Literasi Keluarga Bersama Forum Buku Berjalan

Ada yang menarik dari temu buku Online Sabtu, 23 Maret 2024. Tak hanya sharing bacaan, anggota Buku Berjalan Indonesia juga mendapatkan mate...