Sabtu, 24 Februari 2024

Bicara Buku Bareng FBB: Berpura-Pura Bahagia Itu Melelahkan




Forum Buku Berjalan Indonesia mengadakan bicara buku pada Jumat 23 Februari 2024 dan diulas oleh Kak Caca melalui Whattsapp grup.  Bicara buku kali ini membahas buku berjudul "Berpura-pura Bahagia itu Melelahkan" karya *Asti Musman*

Bacaan ini ringan dan cocok dibaca oleh siapapun. Dalam buku berjumlah 264 halaman ini, penulis mengajak kita mengupas tentang toxic happiness dan bagaimana agar kita tidak hidup dalam kekhawatiran.

Berisikan 11 bab dan 1 epilog, buku ini dimulai dengan bagian "Pura-Pura Bahagia". Masalah apa yang akan timbul jika kita memaksakan untuk selalu berpura-pura bahagia, menyembunyikan perasaan, hingga ilmu tentang bahagia yang sesungguhnya.

Selain itu, kita juga disuguhkan dengan ciri-ciri atau tanda bahwa kita pura-pura bahagia, mitos-mitos tentang bahagia, makna kebahagiaan yang sesungguhnya, kebiasaan yang harus kita hindari agar hidup bisa lebih bahagia, cara menemukan tujuan hidup, hingga karakter yang harus dimiliki agar hidup lebih bahagia.

Di dalam buku ini kita dapat menemukan jawaban dari dilema yang sering kita alami.

Ternyata, cara agar kita tak lagi berpura-pura bahagia dan lebih mendengarkan ucapan orang lain adalah dengan menemukan makna dan tujuan hidup kita.

Ditandai dengan apa saja sih?? Salah satunya, adalah dengan tahu benar apa yang kita mau.

"Oh, aku ingin hidup tenang dan mencintai pekerjaanku," seperti itu misalnya. Ketika kita sudah mengetahui apa tujuan hidup kita, maka sekeras apapun orang lain mencoba untuk mengusik, kita tidak akan goyah.

Kemudian, kita sudah memiliki standar kita sendiri. Sehingga tidak membuat kita merasa perlu mengejar pencapaian orang lain dan akhirnya kelelahan sendiri.

Menariknya, kedua tanda tersebut berkaitan dan dapat diwujudkan dengan 2 kunci...

1. Menyadari bahwa hidup tidak ada yang sempurna, sehingga kita lebih mampu untuk bersyukur dan menikmati segala kekurangan dan kelebihan dalam hidup kita.
2. Memiliki kelapangan untuk melepas hal-hal berharga yang sewaktu-waktu mungkin dapat hilang, sebaik dan selapang ketika kita mendapatkannya.



Bukunya tidak begitu berat, menurut pengulas cocok untuk dibaca disela-sela aktivitas harian yang padat. Di setiap pembukaan bagian baru juga terdapat kutipan dari ahli terkenal.

Membaca buku ini rasanya seperti melakukan refleksi diri, efek yang didapatkan untukku pribadi adalah menjadi lebih rileks dan pastinya mendapatkan wawasan baru.

Yahh, agaknya berhasil nyindir pengulas juga yang masih suka kurang lapang dan maunya serba sempurna. Tersadar, "Pantesan kok aku berusaha bahagia, tapi gak sebahagia itu. Aku justru sering capek dan stress. Ternyata...

Terakhir, aku mau kasih sedikit kutipan dari epilog:

"Acap kali orang mengartikan kebahagiaan dengan kesenangan/kesuksesan finansial, padahal ternyata tingkat kebahagiaan yang paling tinggi adalah saat kita memperjuangkan misi hidup, yaitu kehidupan yang bermakna. Kita hanya hidup satu kali. Akan tetapi, satu kali juga sudah cukup jika kita memilih pertandingan yang benar dan tahu cara memenangkannya."

Pertanyaan-Jawaban
1. Kenapa kita gak harus pura pura bahagia?
Mungkin lebih tepatnya, secara tidak langsung kita dikasih tahu dampak dari berpura-pura bahagia, Kak. Seperti dampak negatif kepada kesehatan mental.

Kita sering banget mengabaikan perasaan kita sendiri hanya karena takut dengan penilaian orang lain pada kita, jadi berusaha nunjukkin kebahagiaan agar semata-mata orang lain senang pada kita.

Nampaknya, kita jadi terlihat punya banyak teman. Tapi sesungguhnya, tidak seperti itu.

Tampil apa adanya dan mengutamakan perasaan sendiri (tanpa peduli penilaian orang) adalah yang paling terbaik, karena dengan begitu kita akan  benar-benar menemukan relasi yang berkualitas

2. Ciri cirinya yg sering banget kita abaikan apa ka?

Ada 8 tanda. Aku spill salah satunya, yaitu selalu berusaha produktif kapanpun (gak bisa diam), atau bisa dibilang... merasa bersalah kalau gak produktif sehari aja. Padahal, istirahat juga termasuk salah satu kegiatan produktif.

Kontributor: Yuyun Maulidah
Editor: Evi Syahida