Sabtu, 28 Agustus 2021

8 Pesan Hidup yang Jleb Banget dari Buku Berani Tidak Disukai


Berani Tidak Disukai. Dalam kehidupan ini, rasa-rasanya sebagian besar orang inginnya disukai orang lain. Bisa dibilang sangat jarang yang "ingin tidak disukai" oleh orang lain, pun jarang yang berani ambil resiko menadi orang yang tidak disukai. Tapi kenyataannya, kita harus berani! Seperti dalam judul buku Berani Tidak Disukai.


Spesifikasi Buku

Judul: Berani Tidak Disukai

Penulis: Ichiro Kishimi & Fumitake Koga

Tahun: 2019 (terjemahan)

Penerbit; Gramedia Pustaka Utama

Halaman: xxi + 323 halaman

Genre: Non-fiksi, Self-Improvement, Psikologi





Blurb

Membaca buku ini bisa mengubah hidup anda. Jutaan orang sudah menarik manfaat darinya. Sekarang giliran anda. Berani Tidak Disukai, yang sudah terjual lebih dari 3,5 juta eksemplar, mengungkap rahasia mengeluarkan kekuatan terpendam yang memungkinkan Anda meraih kebahagiaan yang hakiki dan menjadi sosok yang Anda idam-idamkan. Apakah kebahagiaan adalah sesuatu yang Anda pilih? Berani Tidak Disukai menyajikan jawabannya secara sederhana dan langsung. Berdasarkan teori Alfred Adler, satu dari tiga psikolog terkemuka abad kesembilan belas selain Freud dan Jung, buku ini mengikuti percakapan yang menggugah antara seorang filsuf dan seorang pemuda. Dalam lima percakapan yang terjalin, sang filsuf membantu muridnya memahami bagaimana masing-masing dari kita mampu menentukan arah hidup kita, bebas dari belenggu trauma masa lalu dan beban ekspektasi orang lain. Buku yang kaya kebijaksanaan ini akan memandu Anda memahami konsep memaafkan diri sendiri, mencintai diri, dan menyingkirkan hal-hal yang tidak penting dari pikiran. Cara pikir yang membebaskan ini memungkinkan Anda membangun keberanian untuk mengubah dan mengabaikan batasan yang mungkin Anda berlakukan bagi diri Anda.

Sekilas Isi Buku

Ada banyak sekali hikmah lain yang bisa kita ambil dari buku ini. Delapan hal diatas adalah beberapa saja yang menurut saya paling menarik. Delapan hal tersebut bukan judul-judul babnya yah. Kalau untuk BAB nya ada berikut ini:

📚 Malam Pertama: Menyangkal Keberadaan Trauma

📚 Malam Kedua: Semua Persoalan adalah tentang Hubungan Interpersonal

📚 Malam Ketiga: Menyisihkan Tugas-tugas Orang Lain

📚 Malam Keempat: Dimanakah Pusat Dunia Ini

📚 Malam Kelima: Hidup dengan Sungguh-sungguh di Sini pada Saat Ini

Buku ini berisi tentang teori psikologi Adler. Ada tiga hal yang nantinya diharapkan bisa diambil para pembacanya. Yaitu, orang bisa berubah, dunia ini sederhana dan semua orang bisa bahagia. Jadi, menurut saya, buku ini bercerita tentang kebahagiaan. Mungkin soal kebahagiaan ini lebih lengkap lagi di buku keduanya ya, "Berani Bahagia". Tentu saja saya belum baca yg buku kedua hehe.

Buku ini ditulis dengan format yang cukup unik menurut saya. Yaitu dalam bentuk dialog antara seorang pemuda dan seorang filsuf. Nah dari dialog mereka, kita jadi bisa menyimak seperti apa teori psikologi Adler dan bantahan-bantahan dari sang pemuda, juga penguatan2 dr sang filsuf.

Pesan Hidup yang Jleb Banget

Untuk isinya, mari kita lihat bersama. Ada banyak pandangan yang bisa "menjelaskan" fenomena suatu kejadian. Terutama yang berhubungan dengan hubungan antarmanusia. Ada beberapa hal yang menarik dari isi di buku ini, diantaranya:

1. Trauma itu tidak ada

Teori Adler memandang suatu fenomena lewat sudut pandang teleologi. Yaitu melihat tujuan dari suatu tindakan. Lawannya dari teleologi adalah aetiologi yaitu melihat suatu fenomena pasti ada sebab akibatnya. Sehingga dalam Teori Adler sangat menyangkal keberadaan trauma.  Misalnya saat, saat seorang dokter berkata ke pasiennya "Kamu demam karena hujan-hujanan" (sebab-akibat). Apakah pasien akan puas dengan penjelasan itu? Tentu yang lebih penting sekarang adalah bagaimana caranya meredakan batuk (tujuan). Yang terpenting dari masa lalu adalah makna yang kita ambil darinya. Yang terpenting adalah tujuan kita saat ini.

Ada juga cerita yang menarik tentang seseorang yang mengurung diri di kamar. Mungkin kita akan bilang, dia memiliki trauma dengan seseorang atau orang tuanya. Tetapi teori Adler memandang, dia mengurung diri karena ada suatu tujuan. Mungkin itu keinginan untuk diperhatikan orangtuanya atau hal lainnya. Lalu dia menciptakan lingkungan kecemasan, dan terus mengurung diri di kamar. Mengurung di kamar bertujuan agar dia diperhatikan, sesuatu yang mungkin tidak dia dapatkan ketika dia keluar rumah dan bekerja. Sebenarnya penjelasannya akan lebih terasa kalau dibaca langsung, hehe.

2. Marah itu diciptakan oleh manusia

Sebab-akibat akan memandang, manusia marah karena sebab tertentu, misalnya jaket baru kita ketumpahan minuman yang di bawa pelayan, lalu manusia akan marah. Teleologi memandang marah adalah alat untuk mencapai tujuan. Tujuannya adalah untuk berteriak, sehingga sang pelayan tidak bisa melawan. Padahal bisa saja kita menjelaskannya baik-baik, dan pelayan itu pasti akan minta maaf dan membersihkan jaket kita. Tetapi prosedur menjelaskan dengan kata-kata ini cukup merepotkan, sehingga kita memutuskan untuk berteriak.

Tapi bukan berarti Teori Adler mengingkari keberadaan emosi. Emosi itu ada pada setiap manusia, tetapi manusia tidak dikendalikan oleh emosinya. Jadi membenarkan emosi sebagai alasan untuk marah adalah halyang tidak tepat.

3. Kita tidak ditentukan oleh masa lalu kita

Ini juga menarik. Jika perceraian orang tua menyebabkan anak menjadi nakal, maka semua anak yang orang tuanya bercerai akan menjadi nakal. Padahal tidaklah demikian. Masa lalu tidak menentukan kita saat ini. Tapi, makna yang kita berikan pada masa lalu itulah yang akan menentukannya. Masa lalu memang tidak bisa kita ubah, tetapi bukan berarti masa kita saat ini tidak bisa diubah.

4. Perasaan minder adalah hal yang kita butuhkan

Pernahkah teman-teman merasa minder? Minder atau perasaan inferior, ternyata adalah suatu hal yang baik. Mengapa? Karena dengan menyadari adanya sesuatu yang masih kurang pada diri kita, kita jadi mau belajar dan sedikit demi sedikit memperbaikinya. Yang salah itu adalah kompleks inferioritas, yaitu menjadikan perasaan inferior kita sebagai alasan untuk merasa tidak mampu dan berhenti belajar.

5. Mengapa kita tidak bahagia dengan kebahagiaan orang lain?

Ketika melihat teman kita mendapatkan sesuatu, mungkin kita ikut tersenyum dan mengucapkan selamat. Tapi bagaimana dengan hati kita? Terkadang kita sulit untuk ikut berbahagia.

Kita sering melihat hidup ini sebagai persaingan. Sehinnga, pencapaian orang lain seringkali terlihat sebagai "kemenangan" untuk orang tersebut, dan "kekalahan" untuk kita. Padahal hidup bukanlah soal persaingan.

Alih-alih menganggap orang lain sebagai pesaing kita, jadikanlah dia sebagai 'kawan seperjuangan' kita. Maka kita tidak akan lagi memiliki suasana persaiangan dalam hidup, karenanya tidak ada menang kalah. Dan semoga kita menjadi lebih mudah berbahagia atas pencapaian orang lain. Karena pencapaian orang lain bukanlah kekalahan bagi kita. Dia adalah kawan seperjuangan kita, yang kita patut berbahagia atas pencapaiannya.

6. Kebebasan berarti tidak disukai orang lain

"Kau tidak disukai orang lain adalah bukti bahwa kau sedang menggunakan kebebasanmu dan hidup dalam kebebasan, dan tanda bahwa kau hidup dalam prinsip-prinsipmu sendiri." Sebagai manusia, kita tidak ingin dibenci orang lain. Tetapi bayarannya besar, yaitu kebebasan kita sendiri, kita akan merasa terkekang. Dalam hubungan interpersonal, yang membuatnya menjadi ringan adalah keberanian untuk tidak disukai. Keberanian untuk bahagia juga mencakup keberanian untuk tidak disukai.

7. Merasakan keberartian diri

Terkadang ada orang yang tidak dapat melakukan tugasnya, merasa tidak berguna. Bukan karena dia tidak mampu, tetapi karena dia kehilangan keberaniaannya. Maka keberaniannya harus dikembalikan. Seseorang akan menjadi berani, ketika dia merasa berharga. Seseorang akan merasa berharga saat ia merasakan adanya kontribusi/bermanfaat untuk yang lainnya. Misalnya dengan mengucapkan terima kasih. Kontribusi tidak selalu tentang hal-hal besar yang terlihat oleh semua orang. Terkadang kehadiran seseorang disisi pada saat ini sudah cukup.

8. Penerimaan diri

Yang menarik juga, di buku ini dibahas daripada penegasan diri (meyakinkan diri "aku bisa") disarankan untuk melakukan penerimaan diri. 

Penerimaan diri berbeda dengan penegasan diri. Penerimaan diri berarti sadar dirinya tidak mampu, kemudian berusaha maju melakukan hal yang dia mampu. 

Tak mengapa pesimis, tapi susunlah langkah untuk berusaha menuju lebih baik. 

Inilah bentuk kepasrahan, yaitu menerima yang tak mungkin diubah dan berani untuk mengubah sesuatu yang bisa diubah.



Salah satu part yg paling mengguncang saya pas baca, bahkan masih belum yakin juga kalau trauma itu gak ada. Tetapi apapun pendapat yg kita yakini, pasti ada hal baik juga dr pendapat beliau. Dr sini saya belajar untuk tidak terlalu terikat pada masa lalu, dan optimis walau pernah mengalami hal yg tdk menyenangkan. 😁

Tanya Jawab

1. Penulis memang memakai sudut pandang Adler semua ya untuk menjelaskan pendapatnya?

Betull kak. Ichiro Kishimi itu filsuf yg dulu pernah belajar teori Adler. Dan di jepang, dia sering nerjemahin buku2nya Adler

2. Kak, dari sini yg ku tangkep intinya gimana kita pintar-pintar cari hikmah dari apa yg pernah kita alami ya?

Sebenernya susah juga saya kak kalau mau nyimpulin. Kadang penjelasan halaman berikutnya itu berkaitan sama hal2 yg dibahas di halaman sebelumnya.

Kalau secara singkatnya begini diawal itu cerita tentang keyakinan pemuda yang memungkiri kalau manusia itu bisa berubah. Lalu disanggah kan sama filsufnya kalau manusia itu bisa berubah.

Nah salah satunya yang bikin manusia itu merasa sulit berubah biasanya manusia itu mengaitkannya dgn sebab akibat masa lalu. Iya memang betul masa lalu tidak bisa berubah, tp masa sekarang kita itu bisa berubah. Dan betul yg terpenting dari masa lalu itu adalah hikmah yg bisa kita ambil. Mungkin kurang lebih begitu kak.


Kontributor: @dika.puji.h

Editor: @visyabiru_


Tidak ada komentar:

Posting Komentar