Kalian tentu tak
asing dengan istilah kutu buku, bukan? Ternyata, selain kutu buku, terdapat
banyak istilah lainnya yang disematkan pada mereka si pecinta buku, loh! Gak
percaya? Yuk, kita simak berbagai julukan untuk pembaca buku berikut ini.
Kalian tentu tak
asing dengan istilah kutu buku, bukan? Ternyata, selain kutu buku, terdapat
banyak istilah lainnya yang disematkan pada mereka si pecinta buku, loh! Gak
percaya? Yuk, kita simak berbagai julukan untuk pembaca buku berikut ini.
Novel The Poppy War merupakan buku pertama dari trilogy The Poppy War. Buku keduanya berjudul The Dragon Republic, dan buku ketiganya berjudul The Burning God. Dua di antaranya sudah diterjemahkan oleh Penerbit Gramedia. Buku ini bergenre fantasi, namun bertemakan sejarah Cina Modern. Novel The Poppy War juga memiliki batas usia minimum bagi pembacanya, yakni usia 17 tahun ke atas. Alasannya, novel ini memiliki banyak sekali adegan kekerasan, gore sampai yang berdarah-darah, kekerasan seksual yang sangat tidak manusiawi, dan genoshida. Jadi sangat disarankan bagi pembaca yang tidak toleran dengan beberapa adegan tersebut, jangan dibaca bukunya hehehe.
kita, setiap manusia memakai topeng. Yang membedakannya satu topeng dengan topeng lainnya, hanya seberapa tebal topeng dari setiap topeng. Ada yang samar, ada yang sangat-sangat tebal. Semua ditentukan dari seberapa banyak rahasia yang disebumyikan manusia itu dari manusia lain.
Pembahasan mengenai emosi, khususnya marah sepertinya sedang naik daun saat ini. Semakin banyak yang menyadari pentingnya mengelola emosi marah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Sebagai pribadi, orang tua, anak, saudara, bahkan di tempat kerja. Sebab marah bisa menjadi awal dari rusaknya hubungan interpersonal dengan orang lain.
Sekarang saya sedang tergabung dalam sebuah tim yang sedang fokus mengenai cara mengelola emosi, membuatku harus kembali belajar tentang aspek emosi satu ini.
Percaya atau tidak, untuk bisa membaca buku tidak harus membuat kita membeli buku baru lho! Kesempatan mendapatkan buku "baru" bisa kamu dapatkan melalui kegiatan tukar pinjam, tukar milih atau adopsi buku lho!
Cerita di buku ini diawali dengan kilas balik kasus yang cukup menggegerkan di tahun 2006, yaitu kasus seorang ibu yang membunuh tiga anak kandungnya. Penyebab utama mengapa ibu tersebut tega melakukan hal itu adalah karena ia merasa tidak sanggup mendidik anaknya sendirian. Lalu dia beranggapan, daripada kelak anaknya menjadi anak yang durhaka, lebih baik ia bunuh saja ketika anak-anaknya belum aqil baligh. Dengan begitu, anak2nya akan masuk surga. Sementara biarlah sang ibu saja yang masuk neraka.
Sedih sekali mengingat kisah itu 😔
Lalu muncul pertanyaan, mengapa ia merasa mendidik anaknya sendirian? Bukankah di rumah ia memiliki suami, ayah dari anak-anaknya? Atau mendidik anak itu tanggung jawab ibu saja?