Sabtu, 04 September 2021

Review Buku Jungle Child

 


Buku berjudul Jungle Child ini merupakan memoar dari Sabine Kuegler, wanita asal jerman yang pernah tinggal bersama keluarganya selama kurang lebih di pedalaman Papua. Profesi orang tuanya yang ahli bahasa dan misionaris membuat Sabine dan kedua saudaranya terbiasa hidup di daerah terpencil. Sebelum tinggal di Papua, Sabine juga menghabiskan masa kecilnya di Nepal sebelum akhirnya harus kembali ke Jerman.

Judul: Jungle Child, Rinduku pada Rimba Papua

Pengarang: Sabine Kuegler

Penerbit: Buku Erlangga

Kategori: Buku Umum




Pertualangan Sabine di Papua bermula dari kabar tentang ditemukannya suku Fayu yang bisa dibilang sebagai suku primitif di tanah Papua. Sebagai seorang ahli bahasa, Klaus ayahnya begitu tertarik untuk bertemu dan mempelajari suku ini. Maka dimulailah perjalanan dengan dipandu salah satu suku Dani dan seorang wanita Fayu yang menikah dengan suku di luarnya untuk menemukan suku Fayu ini. Sempat terjadi ketegangan dalam perjalanan tersebut namun pada akhirnya ayahnya pun diterima dan diizinkan tinggal di daerah suku Fayu.

Selama tinggal bersama suku Fayu, Sabine tak mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan para penghuninya. Ia bermain-main bersama dengan anak-anak suku Fayu, terutama bermain busur dan anak panah. Tinggal di hutan juga semakin menyenangkan baginya karena Sabine bisa menemukan berbagai binatang dan serangga untuk dipelihara. 

Tak hanya bermain, tinggal bersama suku Fayu yang masih sering berperang juga membuat keluarga ini kadang terjebak dalam situasi rumit. Beberapa kali Sabine dan keluarganya harus menjadi saksi dari prosesi perang yang terjadi antar kelompok. Hal yang sempat membuat anak-anak Kuegler trauma. Ibunya juga kadang membantu merawat korban perang bahkan juga anak yatim yang kehilangan orang tuanya karena tradisi balas dendam yang ada di suku Fayu. 

Tak hanya bercerita tentang masa kecil Sabine saat tinggal di Papua, buku ini juga menceritakan pergulatan batin yang dialami Sabine saat kembali lagi ke Papua setelah sempat pulang kampung ke Jerman selama beberapa tahun. Tinggal dan mencicipi kehidupan barat membuat Sabine sempat bingung dengan jati dirinya. Di satu sisi dia sangat mencintai dan merindukan hutan dan suku Fayu namun sisi lain dalam dirinya juga sudah terbiasa dengan beberapa kebudayaan barat. Pada akhirnya, Sabine akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Papua untuk melanjutkan pendidikannya.

Di bagian akhir buku ini lebih banyak bercerita tentang kehidupan Sabine setelah meninggalkan Papua dan tinggal di Swiss. Bagaimana Sabine harus menyesuaikan diri dari peralihan kehidupan yang dijalaninya dari anak hutan menjadi anak kota hingga bagaimana akhirnya Sabine akhirnya memutuskan menuliskan ceritanya pada dunia. Selain banyak cerita menarik, buku ini juga dilengkapi foto-foto masa kecil Sabine dan keluarganya bersama suku Fayu.

Ini adalah foto Sabine bersama anak-anak suku Fayu. Sabine tinggal di Papua mulai dari tahun 1980 dan memutuskan meninggalkan Papua pada tahun 1989 saat usianya menginjak 17 tahun

Tanya Jawab

Wow jadi ini cerita tentang keluarga yang  tinggal di pedalaman Papua yaa. Jadi teringat, memang ada beberapa orang luar yang tertarik meneliti pedalaman Papua ya salah satunya ayahnya Sabine ini. Menarik sekali bukunya apalagi pembahasan papua yang jarang sekali ya. Pada akhirnya apa yang membuat si penulis memutuskan untuk pergi dari papua?
Jawab: Terima kasih atas pertanyaannya, mbak. Sabine memutuskan meninggalkan Papua setelah kakak Fayu-nya yang bernama Ohri meninggal karena TBC. Setelah kematian Ohri Sabine kerap mendapat mimpi buruk dan akhirnya memutuskan meninggalkan suku Fayu

Tapi aku masih belum ngeuh, jadi Sabine ini masa kecilnya di Papua, lalu pulang ke Jerman, kembali lagi ke Papua begitu kah?
Jawab: Sabine dan keluarga sempat pulang kampung beberapa tahun trus balik lagi ke Papua untuk melanjutkan tugas mereka. Setelah Sabine pergi orang tuanya tetap berada di Papua sampai beberapa tahun kemudian


Oh begitu. Pulang ke Jerman sendirian? Atau bersama saudaranya yang lain? 
Jawab: Kakaknya sudah duluan sekolah di Eropa. Kemudian Sabine menyusul sendirian ke Eropa.

Proses tersulit apa dalam penyesuaian Sabine saat kembali ke Jerman? Bagaimana cara dia menjalaninya? 
Jawab: Proses tersulit yang dialami Sabine pastinya pada kebiasaan yang terjadi di sekelilingnya. Selama di hutan dia terbiasa hidup tanpa terikat waktu namun begitu tinggal di Eropa ternyata masalah waktu harus diperhitungkan seperti membuat jadwal dan janji
Lalu ada juga peristiwa Sabine yang berusaha menawar saat berbelanja di. Supermarket karena selama tinggal di rimba dia terbiasa dengan tawar menawar. Kalau di buku diceritakan Sabine bahkan bisa bahasa Indonesia juga
Trus ada juga kejadian Sabine yang dianggap aneh karena selalu tersenyum pada orang yang ditemuinya di jalan padahal di Eropa orang hanya tersenyum pada orang yg dikenalnya

Hikmah apa yang bisa diambil setelah membaca buku ini?
Jawab: Kalau soal hikmah dari buku ini aku melihatnya bagaimana hebatnya para peneliti ini berani hidup di hutan bersama suku yang masih hidup secara primitif


Selain meneliti bahasa ada misi lain kah dari ayahnya Sabine? misi menyebarkan keyakinan misalnya?
Jawab: Dalam buku ini tidak diceritakan sih tentang misi menyebarkan keyakinan. Cerita dalam buku ini lebih kepada keseharian Sabine dan beberapa kebiasaan orang su;ku Fayu. Tapi memang suami istri ini profesinya adalah misionaris. Mereka tinggal bersama mereka dengan keterbatasan yang ada dan bisa tetap survive bahkan memberikan kebaikan bagi suku yang tersembunyi ini

Kontributor: @ayanapunya
Editor: @visyabiru_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar