Senin, 29 Agustus 2022

Dari Penggiat Literasi, Untuk Generasi Terdidik





Baru-Baru ini, Buku Berjalan akhirnya berkesempatan untuk mewawancarai salah satu penggiat literasi luar biasa, Hardita Pangestuti. Beliau merupakan penggiat Taman Baca Mafaza (TBM) yang berada di Demak dan Pojok Baca Pustaka Haromaini di Tangerang. TBM ini merupakan mitra Buku  Berjalan. 








Berawal dari koleksi pribadi dan niat untuk amal jariyah orang tua, Taman Baca Mafaza (TBM) Demak semakin berkembang setelah lima tahun berdiri. Memang ikhtiar tidak akan mengkhianati hasil. Berbagai hambatan telah dilewati oleh Umi Dita (panggilan Kak Hardita Pangestuti) saat menjalankan taman baca ini. Mulai dari kurangnya waktu pengelolaan, dana pribadi yang terbatas, hingga minat baca di daerah yang terbilang minim. Umi Dita sempat membuka donasi secara terang-terangan, namun tak berlangsung lama. Kerabat keberatan dengan cara itu karena alasan pribadi. Sejak itu, biaya operasional taman baca ditanggung secara pribadi. Untuk meminimalisir biaya operasional, Umi Dita mencari berbagai peluang untuk mendapatkan buku, misalnya menjadi reseller buku, membeli buku saat diskon, mengikuti give away, dan melakukan kerja sama dengan komunitas ataupun penerbit.




Sejak awal pendirian Taman Baca Mafaza tahun 2017, Umi Dita segera mengurus izin administrasi untuk pendirian TBM. Namun, karena alur dan persyaratan yang tidak mudah, proses perizinan ini baru rampung tiga tahun setelahnya. Kendala ini sempat membuat TBM tutup beberapa bulan, apalagi saat itu Umi Dita sedang hamil besar. 


Niat mulia memang selalu ada jalannya. Sejak tahun 2019, taman baca ini mulai dilirik oleh para donatur, misalnya BAZNASDA yang menyumbang dana untuk perlengkapan taman baca. Pemerintah daerah turut memberikan bantuan untuk pengelolaan taman baca. Berdasarkan penuturan Umi Dita, di tahun yang sama, TBM mendapatkan penghargaan dari Wakil Bupati Kabupaten Demak. Pada tahun berikutnya, TBM mendapat tawaran kerjasama oleh Dinas Perpustakaan Demak yang memfasilitasi mobil pintar. Donasi pun mulai berdatangan, baik itu donasi buku ataupun uang dari berbagai kalangan. 




Melihat peluang yang semakin lebar, Umi Dita mulai mendekati pemerintah daerah, mulai dari Kelurahan, Dinas Pendidikan Nasional dan Dinas Perpustakaan, Organisasi Literasi di Demak seperti Book On Wheel Demak (BOWDEM), Omah Moco Kalijogo Demak (OMK) dan Komunitas Omah Harapan Demak (KOHD). Keuntungan yang didapatkan berupa kerjasama, masker kain merah putih, masker disposible, dan uang.  TBM juga mendapat respon positif dari Stationery Factory outlet Semarang yang menyumbangkan 50 paket ATK.


https://jateng.tribunnews.com/2019/10/16/wabup-demak-pustakawan-harus-jadi-motivator-pengembangan-perpustakaan


Wabah virus Covid19 memang memberikan dampak besar untuk berbagai kalangan, termasuk Taman Baca Mafaza ini. Menurut penuturan Umi Dita, Demak sempat red zone selama setahun. Realita ini dimanfaatkan oleh beliau untuk menyambangi anak-anak yang menganggur dan mengajak mereka bermain sekaligus belajar bersama, terutama saat jadwal kunjungan mobil pintar Dinas Perpustakaan. Seiring berjalannya waktu, mereka semakin sering datang tanpa diminta, membaca sendiri, menulis di buku peminjaman, terutama di akhir pekan.




Di luar dari masalah biaya operasional, kendala terbesar yang dilalui TBM adalah menarik minat baca anak dengan akses bahan bacaan yang beragam. Apalagi di era serba digital, TBM harus berperang melawan gadget. Lima tahun bukan waktu yang singkat. Kini, TBM mulai meluaskan jaringan di Tangerang dengan bantuan keluarga dengan nama Pojok  Baca Pustaka Haromaini Tangerang. Tak hanya sebagai taman baca, TBM turut serta dalam mendistribusikan buku-buku, alat tulis, Al-quran dan keperluan lainnya ke beberapa panti asuhan, pondok pesantren, dan sekolah di Demak. 





Sebagai penggiat literasi, Umi Dita berharap Taman Baca ini dapat berkembang menjadi Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) dan membuka kejar paket A-C, bisa memfasilitasi homeschooling, bekerja sama dengan KKN perguruan tinggi ataupun PKK daerah setempat, dan turut berkontribusi terhadap dunia lingkungan, terutama pengelolaan sampah. Umi Dita mengakui, dukungan dari berbagai kalanganlah-terutama keluarga dan kerabat- yang membuatnya tetap semangat dan tidak menyerah mempertahankan TBM hingga saat ini. Panutan beliau, TBM Roro Limbah Pustaka Purbalingga tak luput dari saksi perkembangan Taman Baca ini.


Nah, menarik bukan? Perjuangan Umi Dita membuktikan bahwa mimpi itu bisa tercapai perlahan-lahan. Slogan ‘mulai aja dulu’ tampaknya cocok untuk menggambarkannya. Niat mulia penggiat literasi seperti Umi Dita patut diapresiasi secara penuh. Jadi jangan lupa untuk mengunjungi akun instagram mereka di akun @harditapangestuti ya! Bagi kamu yang ingin berdonasi, jangan ragu untuk mengkonsultasikan langsung dengan Umi Dita ya! Salam literasi.


Sumber: Hasil Wawancara Kak Hardita Pangestuti, Pelopor Taman Baca Mafaza (TBM) di Demak Jawa Tengah



Kontributor: Yuyun Maulidah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar