Rabu, 15 Juni 2022

Review Buku Master Your Pain



Buku “Master Your Pain” adalah sebuah analogi terbalik tentang cara menikmati rasa sakit. Kita tidak selalu harus disemangati, atau didorong untuk bisa menolak rasa sakit yang menggerogoti hati, lebih dari itu, karena buku ini menyoroti bagaimana mengolah rasa sakit dan menyimpan “deposit” yang bisa dipanen di kemudian hari.


Benar bahwasanya kita pernah sakit, dan benar kita pernah merasakan bagaimana menjadi lemah, tapi tahu kan, mengalah tidak selalu berarti kalah. Yang pasti, semua keterbatasan dan kesulitan hanyalah cara untuk menjadi sakit dan sakit lagi, dan karena itu mungkin kita perlu kembali mengingat: Bahkan membenci sakit tidak menjadikan kita untuk berhenti.


Maka, ini adalah sebuah buku self-improvement yang mungkin tidak menggambarkan apa-apa bagi hidupmu yang sudah sempurna, tapi siapa tahu, kalau ternyata bisa menjadi sebuah pisau analisis yang digunakan untuk membedah dalam memandang rasa sakit dengan kacamata yang benar-benar berbeda.


Yuk simak ulasannya!




 🔖Judul Buku: MASTER YOUR PAIN Sebuah Analogi Terbalik dalam Hidup: Cara Terbaik Mengolah Rasa Sakit

🔖Penulis: Maulida Ayu

🔖Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

🔖Tahun terbit: 2020

🔖ISBN: 978-602-06-4522-3

ISBN: 978-602-06-4523-0 (PDF)


Berikut uraian babnya:

BAB 1 Kamu Berhak Tidak Tersenyum

BAB 2 Fokus pada Rasa Sakit

BAB 3 Sisi Terbaik dari Penyiksaan

BAB 4 Berambisi Mendapatkan Nilai dan Materi 

BAB 5 Jalan Lurus Menjadi Jahat

BAB 6 Sadari Ini: Menjadi Dewasa Artinya Menjadi Lebih Sakit Lagi

BAB 7 Minuman Paling Segar: Penghinaan

BAB 8 Beberapa Prasangka Baik adalah Masalah 

BAB 9 Memikirkan Rasa Sakit Bukanlah Kesalahan 

BAB 10 Definisi Passion dalam Konstruksi Sosial Terkadang Membuat Anda Payah 

BAB 11 Keterbatasan dan Rasa Malas Memunculkan Kreativitas

BAB 12 Kesalahan Orang Lain Pada Anda adalah Tanggung Jawab Anda Juga

BAB 13 Pengaturan Rasa Sakit: Bagai Sebilah Pedang dengan Dua Mata Tajam

BAB 14 Istirahat

Buku setebal 117 halaman ini menceritakan suka duka mengobati kepedihan dalam hidup. Gak selamanya rasa sakit itu bikin kita mager dan nelangsa. Malah bisa bikin kita produktif dan menghasilkan buku seperti penulis buku ini.

"Hidup ini bukan hanya soal bahagia; tapi soal menikmati ketidakbahagiaan"

Kita sering dengarkan nasihat orang-orang di sekitar kita tidak usah menjadi lemah, atau tidak usahlah bersedih, karena manusia "dewasa" harus selalu tersenyum dan memberikan "positive vibes" bagi sekitarnya.

Padahal tidak mesti seperti itu juga kan? Cara menikmati rasa sakit yang kita rasakan adalah dengan tidak tersenyum. Demikian salah satu uraian sang penulis. 

Kita tidak perlu mengorbankan diri hanya demi memakai topeng dan merasakan rasa sakit itu semakin menggerogoti ketika kita malah harus menambah kepalsuan dengan memaksa tersenyum.

Penulis berujar, 

"Ada banyak orang "waras" yang menekan agar sama seperti mereka; sama kuatnya, sama hebatnya, dan pura-pura pernah sama menderita. Lantas bisa dengan mudah berkata, "Masalahku pernah lebih berat dari kepunyaanmu, aku saja bisa kuat masa kamu tidak?" (h. 3-4)

Penulis juga sesekali menyapa pembaca dengan kata "teman". Hal ini dilakukan agar penulis meyakinkan pembaca bahwa penulis bisa merasakan apa yang pernah atau sedang dialami oleh pembaca.

Kita yang seringkali merasa bingung: ingin bahagia, tapi tidak sedang bahagia. Dan kenyataannya, hidup kadang benar-benar menyakitkan dan kita seakan-akan ingin "lari" dan tenggelam ke perut bumi.

Dalam buku ini penulis menawarkan cara berpikir dengan kaca terbalik. Kaca terbalik ini yang akan membuat kita bisa berpikir bahwa semakin banyak cobaan akan ada solusi dan kemudahan yang datang untuk menyelesaikan. Di balik sebuah kesulitan, ada tantangan yang justru bisa berubah jadi kekuatan.

Dalam keadaan kepepet misalnya, kita akan berani mengambil keputusan dan berbuat sesuatu di luar perkiraan kita. Ada kekuatan tersembunyi yang bisa keluar, jika keadaan-keadaan tertentu bersifat "represif" dan memaksa kita mencari cara untuk menyelesaikan masalah itu segera.

Ingat Jack Ma, seorang pria miskin yang akhirnya menjadi pria terkaya di dunia. Kalau saja dia diterima di KFC atau tidak mengalami penghinaan dari koleganya soal ide "tidak biasa" yang dia kemukakan, mungkin dia tak perlu menimbang kembali nilai apa yang ingin dia pertahankan yaitu berusaha membuktikan kalau mimpinya benar dan bukan sekadar omong kosong. 

Dia memilih rasa sakit untuk kembali berjuang lebih kuat atas dasar pertimbangan yang dia pikirkan. Karena dia sudah tahu risiko yang akan dihadapi. Maka siap pula menerima hasil terburuk atau sebaliknya hasil yang terbaik. 

Jack Ma adalah contoh orang yang keras kepala dan tidak realistis, tapi kita tidak bisa mengatakan bahwa Jack Ma tidak dewasa hanya karena pilihannya berbeda dengan orang kebanyakan. Berani "gila" dengan melakukan sesuatu di luar kebiasaan.


Kontributor: Rahmah

Editor: Visya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar