Kamis, 27 Juni 2024

Telusur Sejarah Jakarta Lewat Buku Jakarta: A Dining History

Apa ya rasanya bila kamu menelusuri sejarah suatu kota melalui berbagai kuliner yang mahsyur di kota tersebut? Nah, Sobat Buku, kali ini MinBuk menyimak sesi Bicara Buku yang membahas tentang sebuah buku bertema kuliner dan sejarah, Jakarta : A Dining History.

Sobat Buku penasaran, akan seperti apa sih buku tema sejarah dan kuliner yang dikulik di dalam grup Forum Buku Berjalan kali ini? Yuk … sini, MinBuk ajak kamu untuk ikutan mencari tahu.

buku kuliner jakarta

Profil Buku Jakarta: A Dining History

Judul                     : Jakarta: A Dining History

Bahasa                  : Indonesia

Tanggal Rilis        : 25 Februari 2021

Penulis                 : Kevindra Prianto Soemantri

Halaman              : 242 Halaman

Penerbit              : Gramedia Pustaka Utama

Blurb Buku Jakarta: A Dining History

Jakarta saat ini adalah rumah bagi puluhan ribu rumah makan dan restoran yang terbagi dalam cakupan yang amat luas. Dari tempat makan tradisional sampai restoran kontemporer ada di sini. Bukan hanya itu saja, Jakarta juga ibarat tuan rumah yang menerima siapapun untuk tinggal di sini, dari masakan Cina sampai masakan Spanyol, dari meriahnya masakan Aceh hingga segarnya Gohu Maluku. Namun, jalan Jakarta hingga bisa dibilang sebagai kota dengan rumah makan dan restoran paling beragam di Indonesia tidaklah hadir dalam semalam. Lebih dari dua ratus tahun dilewati hingga akhirnya kita bisa menikmati ragam restoran yang tersaji di kota raksasa ini.

Penulis kuliner, Kevindra Soemantri, menggalinya dalam buku ini dan membaginya per era. Dari era Batavia di abad ke-19, saat restoran dan kafe Prancis merajalela; dekade 1970 dan 1980 yang diwarnai restoran hotel bintang lima dan munculnya tren fast-food; hingga nyamannya foodcourt yang terletak di pusat perbelanjaan modern di dekade 1990. Restoran dan tempat makan turut berkembang bersama dengan masyarakatnya, dan inilah yang menjadi intisari buku Jakarta: A Dining History, yaitu bagaimana warga Jakarta membentuk kultur makan dan minum yang tidak bisa lepas dari kehidupan sosial masyarakat kota dan terus berkembang hingga sekarang.

bicara-buku-jakarta-a-dining-history

Kesan Membaca Buku Jakarta: A Dining History

Kak Yunie Sutanto, pengulas buku ini pada event Bicara Buku, mengawali diskusinya dengan  mengungkapkan motivasi penulis dalam merealisasikan buku Jakarta: A Dining History. Jakarta punya banyak cerita memang benar adanya. Salah satu cerita yang tidak luput dari koleksi Jakarta adalah cerita mengenai kulinernya. Hal ini yang menjadi motivasi utama penulis untuk menulis dan merealisasikan buku ini.

Bermula dari keresahan pribadi penulis akan sulitnya mencari arsip perkembangan Jakarta, sampai pada akhirnya dapat approval dari legenda kuliner Indonesia, Pak Bondan Winarno, buku ini punya banyak kesan yang bisa memikat pembacanya.

Salah satu kesan yang paling kuat, menurut Kak Yunie, adalah buku ini mampu menghadirkan sensasi nostalgia yang begitu mendalam akan restoran-restoran masa kecil yang punya banyak memori dan kenangan tersendiri. Buat Kak Yunie pribadi, restoran yang paling ngangenin adalah restoran Happy Day.

Sobat buku pasti punya kedai makan dan restoran yang bikin nostalgia juga kan? Mungkin restoran itu adalah tempat perayaan ulang tahun, tempat kencan pertama, atau bahkan tempat dilamar? Membaca buku ini bakalan membawa teman-teman tamasya masa lalu di mana kuliner dan kenangan jadi satu.

Menelusuri Sejarah Jakarta Melalui Beragam Hidangan

Buku Jakarta: A Dining History dibagi menjadi 5 bab, dimana setiap bab mencakup kurun waktu tertentu dari sejarah Jakarta. Bab 1 menceritakan tentang gaya hidup dan kuliner Jakarta era abad ke-19, dilanjut dengan Bab 2 yang mengulik tentang kuliner Jakarta di abad ke-20.

Dimulai dari bab 3 dan seterusnya, pembahasan menjadi semakin mendetail dengan cakupan dekade. Bab 3 membahas kuliner Jakarta di tahun 1960-an, bab 4 membahas era 1970-1980-an, dan diakhiri dengan bab 5 di era 1990-an.

Banyak fakta unik nan menarik tentang dunia kuliner Jakarta yang diungkap dalam buku ini, salah satunya mengenai Kafe L’Amitie di Gunung Sahari. Kafe ini sudah tercatat eksistensinya di surat kabar Javasche Courant terbitan 1830, 49 tahun sebelum Thomas Alfa Edison berhasil menciptakan bola lampu pertama.

Sayangnya, kafe tersebut sudah tidak bisa ditemukan lagi sekarang. Namun begitu, sejarah mencatat bahwa Indonesia adalah negara Asia Tenggara pertama yang memiliki kafe dengan standar Eropa.

Riset yang mendalam mengenai kuliner dan wilayah Jakarta tempo doeloe yang dilakoni oleh penulis buku ini patut diacungi jempol. Nggak cuma bermodalkan jurnal, penulis juga mendalami laporan sensus penduduk, biografi tokoh yang punya peranan penting di setiap era termasuk pemilik restoran legendaris hingga ke pewarisnya, bahkan sampai menekuni pemekaran wilayah yang dibuat perusahaan Belanda.

Buku yang menghadirkan pengalaman menjelajah sejarah Jakarta lewat kuliner ini, juga menghadirkan koran dan kartografi dari era-era yang dibahas. Ada peta kawasan Medan Merdeka sampai Harmoni yang ternyata dulu dikenal dengan Weltverdeen, Jalan Juanda yang dulunya disebut Noordwijk, dan banyak lagi.

Memasuki abad ke-20, warga elit Eropa berbondong-bondong pindah ke kawasan New Gondangdia yang sekarang disebut Menteng – ternyata Menteng ini memang kawasan elit dari zaman dulu ya, Sobat Buku.. Kawasan ini diharap bisa menghidupkan gerakan Garden City Movement, sebuah gerakan yang mempromosikan pembentukan komunitas-komunitas satelit di kawasan pusat kota yang saling dibatasi oleh lahan hijau.

Inilah alasan kenapa banyak taman yang dibangun di kawasan Menteng. Aih, MinBuk kalau sudah bahas taman begini, kan jadi ingat sama gerakan baca buku di taman yang sedang digerakkan belakangan ini. Baiklah Sobat Buku, kita balik bahas Bicara Buku lagi ya.

Pada era ini pula Batavia sudah mendapatkan suplai susu tetap yang memicu maraknya kemunculan toko roti dan kue serta kedai es krim. Beberapa diantaranya masih beroperasi sampai sekarang dan dianggap sebagai kuliner legendaris di Jakarta.

Sobat Buku, kamu mungkin familiar dengan kedai es krim Oen dan Ragusa, kan? Kedua kedai ini adalah kedai es krim ternama yang berdiri pertama kali pada tahun 1940-an di Jalan Noordwijk. Toko es krim Tropik di Pasar Baru dan Baltic di Kramat juga salah satu kedai yang masih bertahan hingga saat ini.

Tentunya masih banyak lagi daya tarik kuliner jadul Jakarta yang dibahas dalam Jakarta : A Dining History  yang pasti nggak akan terasa memuaskan kalau hanya dibahas dan diulas secara singkat di sini. Jika kamu pecinta wisata kuliner dan ingin napak tilas keragaman dan perkembangan kuliner Jakarta dari abad ke abad hingga tahun 1990-an, buku ini wajib masuk daftar bacaanmu!

Kontributor : Afifah Alifia A.
Editor : Akarui Cha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar