Kamis, 14 November 2024

Buku Cerdas Lewat Sastra, Bahas Apa?

Judul dari buku Cerdas Lewat Sastra ini, sungguh menarik perhatian sekaligus memantik banyak pertanyaan di benak MinBuk. Apakah efeknya juga sama dengan yang terjadi di kamu, Sobat Buku?

Ada yang berucap kalau sastra itu merupakan sebuah karya yang mampu merefleksikan kehidupan, dan memberi makna pada hidup. Sastra pula yang menjadikan semua peristiwa dalam hidup terasa masuk akal. Ah, masa iys sih, Sobat Buku? Apakah benar, sastra mampu mencerdaskan?

bahas buku Cerdas Lewat Sastra

Menurut penuturan Kak Rahmah pada sesi Bicara Buku di Forum Buku Berjalan beberapa waktu lalu, katanya sih, buku tebal satu ini isinya menarik. Sayang saja, judulnya yang memancing rasa ingin tahu, rupanya nggak sesuai ekspektasi dari Kak Rahmah.

Memangnya, ekspektasi macam apa sih yang ada di benak Kak Rahmah sebelum mulai membaca? Apakah sama seperti MinBuk yang penasaran juga sama isinya karena judulnya lumayan mengajak MinBuk berpikir jauh?

Profil Buku Cerdas Lewat Sastra

Judul                : Cerdas Lewat Sastra

Penulis             : Donny Syofyan

Penerbit            : Bintang Semesta Media - Yogyakarta

Tahun Terbit    : Mei 2023

Tebal                  : 331 halaman

Blurb Buku Cerdas Lewat Sastra

Sastra dianggap mencerminkan kehidupan. Bagaimana sebuah novel yang menyinggung periode dua puluh empat jam seperti Ulysses karya James Joyce, berbeda dari sebuah buku yang hanya mencatat segala sesuai yang terjadi dalam dua puluh empat jam? Atau bagaimana sebuah film yang berbeda dari seseorang dengan kamera film yang hanya berjalan secara acak selama dua atau tiga jam dan merekam apapun yang ia lihat? Bukankah kedua-duanya mencerminkan kehidupan? Sastra tidak hanya merekam tapi juga menafsirkan kehidupan. Ia tidak hanya mencerminkan tapi juga menaruh fokus pada kehidupan itu. Sastra adalah cermin, tapi amat spesial. Ia adalah cermin dimana kita dapat melihat diri kita lebih jelas dari sebuah cermin biasa. Melalui proses seleksi artistik, penulis berupaya menyederhanakan seraya pada saat yang sama menjelaskan dan memperdalam pengalaman tersebut. Ia memilih apa yang paling penting, yang paling dasar. Dengan kata lain, sastra mencoba membuat kehidupan ini masuk akal : merefleksikan makna hidup.

Lewat buku ini, pembaca akan digiring untuk menikmati analisis ringan terhadap sejumlah karya sastra Inggris lengkap dengan sejumlah sastrawan Inggris (termasuk Amerika dan Australia) yang boleh jadi tidak banyak ditemukan dalam buku-buku berbahasa Indonesia. Buku ini cocok buat mahasiswa sastra Inggris atau siapa saja yang ingin berkenalan dengan sastra dan sastrawan Inggris kontemporer termasuk pengantar tentang teori kesusastraan.

Pandangan Tentang Sastra Itu Sendiri 

Sesi Bicara Buku kali ini menghadirkan Kak Rahmah selaku yang mengenalkan buku Cerdas Lewat Sastra ini nih kepada Minbuk dan Sobat Buku di dalam Forum Buku Berjalan. Tentu saja ada Kak Rifky Ayu yang menemani sepanjang jalannya sesi diskusi.

Secara umum, sastra dapat mendorong orang (red : pembacanya) untuk lebih slow down di tengah-tengah kecepatan kehidupan kita saat ini. Sastra dapat mengajarkan pembaca untuk menikmati pengalaman mereka, menerima, merenungkan dan menghargai keindahan di sekitar kita.

Sastra juga dapat memperdalam pikiran pembaca. Dengan cirinya yang menafsirkan, menyederhanakan, dan memfokuskan pengalaman manusia, sastra membantu orang menyadari apa yang paling penting dari pengalaman itu. Nah, aspek yang paling dasar dari pengalaman ini disebut arketipe kesusastraan.

Arketipe ini boleh jadi dianggap sebagai bata bangunan dasar dari segenap pengalaman manusia yang bermakna, Pengalaman ini dapat dipecah menjadi berbagai aspek yang berbeda, seperti supernatural, karakter manusia, hubungan manusia, pakaian, tubuh manusia, makanan, dan lain-lain.

Apa Benar Baca Buku Sastra Itu Mencerdaskan?

Saat ini cukup banyak buku sastra yang best seller. Kenapa? Karena pembaca dapat menemukan keindahan yang dahsyat dan kebenaran yang dalam. Sastra dapat mengubah hidup seseorang. Mempelajari sastra membuat kita mengalami kenikmatan yang lebih besar, suasana yang lebih menyenangkan, dan imajinasi yang lebih personal.

Lewat cerita dari Kak Rahmah nih, tulisan dalam buku ini berasal dari tulisan-tulisan penulis yang pernah terbit di pelbagai media massa dan juga pernah dipresentasikan di berbagai kesempatan. 

Pada halaman 133 - 134, penulis memaparkan bahwa cukup banyak penulis Indonesia yang memperjuangkan keadilan, demokrasi, kebebasan berpikir dan kemanusiaan. Nama seperti Pramoedya Ananta Toer, Chairil Anwar, dan pengarang-pengarang lain bukanlah nama-nama asing bagi peneliti sastra dalam dan luar negeri.

Pramoedya misalnya, mencoba menghantam struktur kultur dominan dan berkuasa dengan karya-karya subyektivitasnya, memang. Misalnya saja dalam novel beliau yang berjudul Sekali Peristiwa di Banten Selatan yang angkat soal kehidupan masyarakat pada saat emberontakan Daarus Islam (DI). Ayu Utami dengan novel fenomenalnya, Saman, menjadi avant-garde dalam revolusi pemikiran seksualitas kontemporer di Indonesia.

Ada lagi nih, Sobat Buku. Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia lewat organisasi Forum Lingkar Pena (FLP) menyuguhkan bagaimana sastra amat dekat dengan atau bagian dari Islam. Sobat Buku tahu tentang FLP, kan?

Dengan demikian, sastra dan pengkajian sastra bukanlah sebuah ilmu yang terisolasi dari diskusi dan perdebatan dalam ilmu sosial dan humaniora yang lain. Sastra dan pengkajian sastra memiliki hubungan erat dengan konteks sosial dan budaya yang melingkupinya.

Pengarang serta lingkungan di mana karya itu dihasilkan, serta pengarang yang menulisnya, merupakan aspek yang sangat penting untuk dicermati. Pengarang di satu sisi adalah agen yang mempertanyakan, bernegosiasi, mendobrak atau melawan struktur. Di sis lain, ia juga merupakan hasil dari struktur tersebut.

Tentang Buku Cerdas Lewat Sastra dari Sudut Pandang Pembaca

Bahasa dalam buku ini memang agak berat. Namun, kalau Sobat Buku sudah terbiasa dengan novel sastra, biasanya pasti nyambung sama pembahasan dan istilah-istilah yang digunakan dalam buku ini. Nah, ini dia pesan yang paling Minbuk tunggu dari Kak Rahmah.

Buku ini banyak membahas para sastrawan dan karyanya, khususnya sastra Inggris. Walaupun ada beberapa tulisan yang juga membahas tentang perkembangan sastra di Indonesia. Sayangnya, penelitian terkait sastra yang mampu mencerdaskan manusia ini tidak dikupas banyak alias kurang mendalam.

Padahal nih Sobat Buku -- tentu saja menurut Kak Rahmah ya -- ekspektasi awal Kak Rahmah dalam buku ini akan ada banyak penelitian ilmiah yang akan ipaparkan terkait kecerdasan yang timbul dari orang yang sering membaca buku sastra.

Paparan Penelitian Terkait Kecerdasan di Buku Cerdas Lewat Sastra

Dalam buku ini dijelaskan bahwa jurnal populer "Scientific American" da edisi  Oktober 2013 menampilkan artikel berdasarkan penelitian "Science" yang berjudul Novel Finding : Reading Literary Fiction Improves Empathy (Temuan Novel : Membaca Sastra Meningkatkan Empati). Penulis, Julianne Chiset, dalam artikel ini menyatakan bahwa jenis-jenis buku yang kita baca dapat memengaruhi bagaimana kita berhubungan dengan orang lain.

Emanuele Castano, seorang psikolog sosial, bersama dengan David Kidd, seorang kandidat Ph. D, melakukan lima penelitian dengan membagi beberapa peserta dan memberi mereka tugas bacaan yang berbeda : kutipan dari genre fiksi populer, karya sastra, nonfiksi, atau tidak sama sekali. Setelah selesai, peserta mengambil tes guna mengukur kemampuan mereka untuk menyimpulkan dan memahami pikiran dan emosi orang lain. Secara mengejutkan, para peneliti menemukan perbedaan yang signifikan antara pembaca sastra dan yang bukan membaca sastra.

Ketika peserta tersebut membaca buku-buku nonfiksi atau sama sekali tidak membaca, hasilnya tidak mengesankan. Di saat membaca kutipan dari karya populer, seperti The Sins of Mother oleh Danielle Steel, hasilnya tidak mengesankan.

Namun, ketika mereka membaca karya sastra, seperti The Round House oleh Louise Erdrich, hasil tes mereka membaik dengan meningkatnya kemampuan mereka untuk berempati. Hasil ini konsisten dengan apa yang diujarkan oleh para kritikus sastra mengenai dua genre ini. Agaknya penelitian ini menjadi bukti empiris pertama yang menghubungkan sastra dan teori fiksi psiologis.

Karya populer cenderung menggambarkan situasi dunia yang berbeda dan mengikuti formula untuk menggiring pembaca menuju roller-coast emosi dan pengalaman menarik. Meskipun setting dan situasinya lumayan, karakternya secara internal konsisten dan dapat diprediksi yang cenderung menegaskan harapan pembaca terhadap orang lain. Hal ini cukup beralasan bahwa karya populer tidak memperluas kapasitas pembaca untuk memperlihatkan empati kepada orang lain.

Sebaliknya, karya sastra lebih memusatkan diri kepada psikologi dan relasi di ntara karakter. Pikiran-pikiran karaker capkali digambarkan samar-samar, sedikit detail, dan pembaca dipaksa mengisi kesenjangan untuk memahami niat dan motivasi tokoh-tokoh rekaan. Karya sastra menuntun pembaca untuk membayangkan dialog introspektif karakter. Kesadaran psiologis terusung ke dunia nyata yang penuh dengan individu rumit, dengan kehidupan yang biasanya sulit untuk dipahami. Meskipun karya sastra cenderung lebih realistis ari karya populer.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa membaca sastra mendatangkan efek sosial yang berharga. Dalam konteks Indonesia, data penelitian ini sangat relevan dan seyogianya merangsang perdebatan menyangkut integritas sastra ke dalam kurikulum pendidikan.

Bahkan penulis menganggap program membaca bagus dilaksanakan di penjara sebab membaca karya sastra dapat meningkatkan fungsi sosial dan empati narapidana. Sampai sini, Minbuk merasakan sekali betapa pentingnya sastra untuk kecerdasan emosional terutama meningkatkan empati nih, Sobat Buku.

Temuan Castano ini diharapkan dapat mendorong orang-orang autis untuk terlibat dalam pembacaan karya-karya sastra. Dengan harapan, bisa meningkatkan kemampuan mereka untuk berempati tanpa efek samping obat.

Seorang diplomat Belanda, Doris Woorbraak, pernah menyatakan yang artinya, "Kita butuh sastra untuk memberi makan imajinasi karena kehausan kita akan pengetahuan. Kita perlu imajinasi untuk menentang norma, mendorong garis batas, dan menlong kita untuk maju sebagai umat manusia." Dalam bahasa Albert Einstein, "imajinasi lebih penting daripada ilmu pengetahuan sebab ilmu pengetahuan hanya terbatas pada apa yang kita ketahui dan pahami, sementara imajinasi mencakup keseluruhan dunia untuk diketahui dan dipahami."

Apakah Cerdas Lewat Sastra Menarik Dibaca Umum?

Kak Rahmah membaca buku Cerdas Lewat Sastra ini tuh, melalui iPusnas, Sobat Buku. Bila kamu tertarik, silakan kamu telusuri iPusnas ya. Ingat, Sobat Buku yang budiman dan bijaksana tentunya akan memilih membaca secara legal. Tentunya nih, Minbuk punya tips biar kamu terhindar dari beli buku bajakan jika mau punya bukunya sebagai buku koleksi atau memang jadi pendukung pembelajaran. 

Ada sebuah kutipan yang Kak Rahmah sematkan pada sesi Bicara Buku Cerdas Lewat Sastra. Isinya, sebagai berikut : "Dengan membaca buku sastra, pembaca dapat menemukan keindahan yang dahsyat dan kebenaran yang dalam. Sastra dapat mengubah hidup seseorang. Mempelajari sastra membuat kita mengalami kenikmatan yang lebih besar, suasana yang lebih menyenangkan, dan imajinasi yang lebih personal.

Buku ini cocok untuk mahasiswa yang sedang mendalami sastra Inggris dan penyuka novel sastra Inggris tentunya. Cocok juga dibaca bagi penikmat buku-buku sastra secara umum.

Secara umum, buku ini bagus untuk memperkaya wawasan kita nih, Sobat Buku. api bagi Kak Rahmah, rasanya masih belum dapat banyak penelitian yang mendukung bahwa kita tuh bakal lebih cerdas kalau sering baca buku sastra, sesuai dengan judul bukunya ini.

Jadi bagainana, Sobat Buku? Apa kamu tertarik untuk baca buku Cerdas Lewat Sastra juga?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar