Kamis, 24 Oktober 2024

Bahas Buku Sekali Peristiwa di Banten Selatan Karya Pramoedya Ananta Toer

Buku Sekali Peristiwa di Banten Selatan merupakan sebuah karya riset singkat dari sang penulis ternama, Pramoedya Ananta Toer. Hasil menggali mengenai peristiwa penjarahan dan pembunuhan yang rentan terjadi di wilayah Banten Selatan. Mengapa tanahnya subur tetapi masyarakatnya miskin?

Mengapa hal seperti demikian bisa terjadi? Apa yang sesungguhnya terjadi pada masa itu?

bahas novel Pram berjudul Sekali Peristiwa di Banten Selatan

Kak Sikna selaku pengulas buku pada sesi Bicara Buku, berbincang mendalam dengan Kak Isa Saburai selaku moderator. Namun sebelum itu, ijinkan Minbuk membocorkan sedikit informasi mengenai salah satu buku karya Pram ini ya.

Profil Buku Sekali Peristiwa di Banten Selatan

Judul                      : Sekali Peristiwa di Banten Selatan

Penulis                  : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit                : Lentera Dipantara

Terbitan                 : 1958

Tebal                     : 126 halaman

Blurb Buku Sekali Peristiwa di Banten Selatan

Novel ini merupakan hasil "reportase" singkat Pramoedya di wilayah Banten Selatan yang subur tapi rentan dengan penjarahan dan pembunuhan. Tanah yang subur tapi masyarakatnya miskin, kerdil, tidak berdaya, lumpuh daya kerjanya. Mereka diisap sedemikian rupa. Mereka dipaksa hidup dalam tindihan rasa takut yang memiskinkan.

Tubuh boleh disekap, ditendang, diinjak-injak, tapi semangat hidup tak boleh redup. Menurut Pram, semangat hidup itulah yang membuat sesorang bisa hidup dan terus bekerja. Bertolak dari situ Pram bertekad kuat engorbankan semangat untuk tidak ongkang-ongkang kaki menanti ajal melumat.

Bicara Tentang Buku Pram yang Berlatar di Banten Selatan

Kalau Sobat Buku ingat, ini adalah kali ketiga nih Kak Sikna tampil sebagai salah satu pengulas buku dalam sesi Bicara Buku di Forum Buku Berjalan. Sebelumnya, Kak Sikna sudah pernah mengulas mengenai buku Cantik Itu Luka, dan buku Pembebasan Perempuan.

Kalau Minbuk perhatikan nih, kelihatan sekali kalau Kak Sikna punya ketertarikan yang kuat pada karya-karya yang bisa membawa pembacanya ikut menyelami sejarah lewat buku karya anak bangsa. Iya nggak sih? Mungkin kalau Kak Sikna baca hasil curhatan Minbuk di sini, boleh ya Kak buat dikonfirmasi nih pemikirannya Minbuk.

bicara buku Sekali Peristiwa di Banten Selatan

Dari blurb SeKali Peristiwa di Banten Selatan, ada secuplik penggambaran yang mengungkapkan kalau Banten Selatan memiliki tanah yang subur, namun masyarakatnya terjerat kemiskinan, kan. Sesungguhnya novel ini mengupas sedikit tentang pemberontakan Darul Islam.

Pemberontakan tersebut dipimpin oleh Kartosuwiryo dengan tujuan untuk membentuk Negara Islam Indonesia (NII). Nah, di novel inilah, latar suasana mengenai keadaan masyarakat akibat adanya kericuhan tersebutlah yang menjadi latar suasananya.

Pemberontakan Darul Islam Menjadi Warna Dominan dalam Sekali Peristiwa di Banten Selatan

Pemberontakan Darul Islam ini meliputi pembunuhan, penjarahan, dan perusakan di beberapa daerah di Jawa Barat dan sekitarnya. Nah, oleh karena keganasan pemberontrakan ini, masyarakat kecil yang tak memiliki kuasa pun tak sepemikiran dengan mereka menjadi sasarannya. Salah satunya adalah desa tempat Ranta - nama tokoh utama dalam novel Pram ini – tinggal.

Nah, Darul Islam ini melakukan pemberontakan yang pandang bulu. Maksudnya gimana sih? Begini. Kita yang mau bekerjasama dengan mereka – walaupun tidak sepemikiran – akan dibebaskan dari dampak pemberontakan. Dalam novel Sekali Peristiwa di Banten Selatan ini, pembaca akan dikenalkan dengan tokoh bernama Juragan Musa.

Salah satu scene dalam buku ini adalah ketika Juragan Musa dikepung oleh pasukan militer negara yang mungkin jika kita telaah, disebut dengan pasukan Kodam Siliwangi yang menjalankan taktik Pagar Betis. Suatu taktik mengepung koloni pemberontak Darul Islam (DI).

Apa yang Membuat Novel Tentang Pemberontakan DI di Banten Selatan Ini Menarik?

Bila memba secuplik ulasan Kak Sikna mengenai buku ini, tentu lekas terpikir, semengerikan apa sih peristiwa pemberontakan DI di tahun ini hingga Pram tergerak untuk mengangkat kisahnya ke dalam sebuah novel? Kemudian, tahun berlalu, banyak menarik perhatian anak muda yang gemar akan sejarah tanah air pula.

Rupanya, benang merah yang dihadirkan dalam novel ini sungguh sederhana nih, Sobat Buku. Sesuatu yang kalau kita sadari, di masa sekarang, terutama bagi kaum penghuni kawasan perkotaan, mulai terkikis. Apa itu? Gotong-royong.

Pak Pram melalui buku ini, menyampaikan harapan agar masyarakat Indonesia harus selalu memiliki sikap gotong-royong. Apapun kondisinya. Gotong-royong melawan pemberontakan Darul Islam (DI) dan juga gotong-royong membangun desa.

Sayang kan, kalau desa yang subur tanahnya malah tidak dimanfaatkan demi kemaslahatan bersama? Itulah pesan kuat yang ingin disampaikan oleh Pramoedya Ananta Toer dalam novel Sekali Peristiwa di Banten Selatan.

Dari sudut pandang Kak Sikna, hampir setengah dari buku ini membahas tentang gotong-royong itu sendiri. Dari mulai bahu-membahu membuka lahan pertanian, hingga langkah kedepannya apa yang harus diperbuat.

Pak Pram juga mengingatkan bahwa, kita hari ini yang membangun desa itu bukan demi kita, melainkan bagi keturunan kita. Sebuah upaya agar mereka nantinya tahu bahwa tanah kelahirannya adalah sesuatu yang sungguh patut disyukuri.

Di bagian paling akhir dari novel ini, disinggung sedikit bahwa ternyata, laki-laki yang takut kalah saing dengan perempuan memang ada sejak dulu. Para tokoh pria yang ada di dalam novel karya Pram tersebut takut, jika istrinya belajar membaca kemudian mereka menjadi lebih unggul dari pria.

Hal yang juga disinggung bahwa siapapun yang tidak melekat dalam dirinya semangat belajar, maka jangan sampai menghalangi orang lain untuk belajar. Sebuah pesan yang tak akan pernah usang nih, Sobat Buku.

Sebuah novel yang pesannya benar-benar singkat, padat, tepat sasaran. Mengangkat soal gotong-royong, dan memberikan kesempatan bagi siapapun yang mau belajar.

Persamaan Novel Sekali Peristiwa di Banten Selatan dan Anak Semua Bangsa Karya Pramoedya Ananta Toer

Sebelum memulai sesi Bicara Buku, Kak Sikna telah menyampaikan kepada Kak Isa kalau dirinya sejauh ini baru membaca dua saja buku yang merupakan karya dari Pram. Kemudian berniat menyampaikan persamaan dari kedua buku tersebut di sesi Bicara Buku Forum Buku Berjalan (FBB) kali ini.

Menurut pengalaman membaca Kak Sikna, bahasa yang Pram gunakan dari kedua karyanya tadi adalah penggunaan bahasanya yang terasa persuasif. Pak Pram menyampaikan pesannya dengan halus dan lembut.

Pram tak meminta pembacanya untuk gotong-royong, tidak juga secara langsung menyuruh semua orang yang menemukan karyanya untuk belajar. Tetapi, beliau memberikan wejangan bahwa yang mau berbuat sesuatu adalah pemenangnya.

Sungguh persuasif ya, Sobat Buku. Kak Sikna bilang kalau dirinya menyukai penggunaan bahasa yang digunakan Pak Pram. Meski beberapa kali cukup kesulitan memahami maksiud katanya, padahal sudah dicari tahu artinya melalui google. Termasuk berusaha menemukan padanan dan konteks dari kata tersebut. Namun, karya Pram nggak membosankan untuk dibaca.

Satu lagi yang paling mengena dari buku ini. Belajarlah, tidak melulu soal Eropa.

Sobat Buku, apa kamu tertarik untuk ikut membaca novel Sekali Peristiwa di Banten Selatan ini? Kak Sikna sih bisikin Minbuk, kalau buku ini ia pinjam dari Perpustakaan Daerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Temu Buku Jakarta : Belajar Dan Diskusi Mindful Reading

  Hai sobat buku! Gimana kabarnya? Semoga sehat ya. Kalau di tempat minbuk beberapa hari ini sering hujan. Khawatir penyakit datang 😣 . T...