Sesuai judul di covernya, buku ini memang khusus membahas panduan untuk penyembuhan diri. Bahkan dalam buku ini dipaparkan teknik-teknik penyembuhan yang bisa kita coba.
Buku ini sangat menarik karena menghadirkan konsep Law of Attraction atau konsep MestaKung (seMesta menduKung) yang berdampak positif pada mental kita. Untuk menarik hal positif dalam hidup, kita bisa memulai dengan memberikan energi positif. Saat kita berpikir positif, semesta akan menarik hal-hal positif pula untuk mendatangi kita.
Dalam menghadapi kegelisahan, penyembuhan tidak saja dengan metode terapi atau meminum obat-obatan kimia atau obat herbal tetapi pemikiran dan tindakan yang positif juga merupakan suatu healing karena menimbulkan getaran energi positif bagi diri kita.
Penulis tak hanya menjelaskan secara ilmiah dan rinci. Bahkan penulis juga mengutip pernyataan para tokoh kesehatan. Misalnya, pernyataan Nugdha Achadie, terapis dan fasilitator Jin Shin Jyutsu di Klinik Holistik True Nature Healing, Jakarta.
Beliau mengatakan sesungguhnya penyakit fisik, mental, dan emosional disebabkan oleh sikap hati. Ada lima sikap hati yang menyebabkan penyakit, yaitu rasa khawatir, takut, marah, sedih, dan kepura-puraan.
Dari sisi terapi holistik, penyakit fisik diyakini berasal dari pikiran dan ketidakikhlasan manusia menjalani kehidupan. Hal itu kemudian memengaruhi dan mengganggu organ-organ dalam tubuh.
Dalam Jin Shin Jyutsu, misalnya sakit sesak napas dicari lebih dalam lagi penyebabnya. Dilihat juga keadaan secara mental emosional penderita sesak napas ini. Dalam Jin Shin Jyutsu, sesak napas ini berkaitan dengan mental emosional perasaan sedih sehingga patut digali kembali ada kesedihan apa yang tersimpan dalam diri pasien. Jadi, sesak napas tak selalu akibat polusi dan gangguan pernapasan saja.
Terlalu banyak memikirkan masalah dan menyimpan kesedihan akan menyebabkan energi di limpa mengalami kemandekan. Hal ini dapat berakibat buruk pada nafsu makan dan tidur. Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan kulit menjadi lebih kusam atau gelap.
Ada juga pernyataan tokoh seperti dari Dokter Dewi Yogo Pratomo, koordinator Club Hypnosis Sehati (CHS) yang pernah mengatakan, "Kanker mayoritas berkaitan dengan psikosomatis atau masalah-masalah mental. Jadi, psikosomatis tersebut muncul karena kita sering sedih. Saat sedih itu hormon- hormon kita akan terhambat. Jadi, penderita kanker itu 67% didasari karena memiliki masalah-masalah psikosomatis, bisa dengan pertengkaran keluarga dan lain-lain. Jadi, begitu drop dan sedih maka tidur kita menjadi terganggu maka antibodi kita menjadi terganggu dan drop juga.
Untuk orang-orang yang memiliki permasalahan mental yang sedang bahkan berat dan belum memiliki biaya untuk berobat ke psikiater, buku ini bisa menjadi referensi untuk mencoba teknik-teknik penyembuhan yang bisa dilakukan secara konsisten di rumah.
Dalam buku ini penulis juga mengutip konsep penyembuhan dari laman yang terpercaya di internet. Berikut ini contoh laman asli yang saya telusuri dari daftar pustaka yang penulis tuliskan:
https://intisari.grid.id/read/0383087/sentuhan-ringan-untuk-kesembuhan
Ada hal menarik bagi Kak Rahmah yang disampaikan dalam buku, yaitu uraian tentang "berpikiran negatif itu menular". Orang tua yang sering berpikir negatif akan menular kepada anak-anaknya. Karyawan di kantor yang memiliki citra diri yang tidak sehat juga akan menular kepada karyawan lainnya. Pribadi dengan citra diri tidak sehat akan berperilaku tidak disiplin, suka mengeluh, iri hati, cepat sakit hati, atau dengki dengan keberhasilan orang lain.
Kehidupan orang itu menjadi sebuah penderitaan karena dirinya sendiri. Pengalaman-pengalaman tertentu di masa lalu bisa jadi menimbulkan emosi yang negatif juga bagi kita sampai dengan sekarang jika kita memeliharanya secara tidak sadar atau belum berdamai dengan diri sendiri. Emosi negatif ini akan mendorong kita berperilaku negatif pula.
Sederhananya (walaupun tidak sesederhana seperti yang dibayangkan) menerima emosi apa adanya dan berusaha melepaskannya ataupun memanfaatkannya dengan baik. Setiap emosi, apa pun itu pasti ada tujuan positifnya, sekalipun emosi itu kita label dengan istilah emosi negatif.
Menerima emosi tergantung dari kemampuan kita untuk berkomunikasi dengan emosi tersebut. Misalnya, saat kita marah, coba deh diam sejenak dan atur napas (untuk orang Islam juga sudah ada adab atau ketentuan saat marah ya). Sadari dan rasakan keluar dan masuknya napas di hidung. Katakan kepada emosi kita. "Hai marah, terima kasih kamu telah datang ke perasaan saya. Saya yakin ada pesan positif yang ingin kamu sampaikan kepada saya. Untuk kebaikan saya, pesan apakah itu?"
Biasanya kemudian akan muncul jawaban positif di dalam hati atau terima saja jawaban apa pun yang muncul. Bila jawaban yang muncul masih negatif maka tanyakan apa manfaatnya bagi kita saat itu. Lanjutkan dengan menanyakan apakah ada emosi positif yang muncul dan dapat membantu merealisasikan manfaatnya. Nah, itu saran dari sang penulis. Walaupun kita belum pernah mencoba atau mungkin terasa aneh, tidak ada salahnya kita mencoba.