Sabtu, 07 Agustus 2021

Review Buku Orang-orang Biasa

 



Andrea Hirata. Tentu sebagai pembaca buku, kita tak lagi asing dengan nama tersebit. Di antara temen-temen, siapa disini yang pernah membaca karya-karya fantastis beliau? ✋

Tetralogi Laskar pelangi dan Padang Bulan adalah dua dari banyaknya karya beliau yang fenomenal dan menuai banyak pembaca. Andrea Hirata adalah seorang penulis fiksi yang tak hanya mampu membawa pesona pada kata-katanya, tapi juga pesan yang mendalam. 


Spesifikasi Buku

Judul : Orang-Orang Biasa Penulis : Andrea Hirata Penerbit : Bentang Ukuran : 13 x 21 cm Halaman : 312 Tahun : 2019 Berat : 500 gr



Blurb

Pencurian malam hari: 2 Pencurian siang hari: 3 Pencurian sendiri: 1 Pencurian bersama-sama: 1 Pencurian dengan pemberatan: 0 Pencurian kendaraan bermotor: 1 Sebatang kapur dan penghapus tergeletak di bawah papan tulis itu. Tampak benar telah sangat lama tak dipakai. Demikian minim angka-angka itu sehingga tak bisa dijadikan diagram batang, diagram kue cucur atau diagram naik-naik ke puncak bukit. Rupanya di kota ini, penduduknya telah lupa cara berbuat jahat. Mata Inspektur semakin sendu menatap papan tulis itu. Keadaan yang tenteram ini perlahan-lahan membuat polisi di dalam dirinya terlena, lalu terbaring, lalu pingsan, lalu mati. Inspektur sungguh khawatir. Wahai kaum maling, ke manakah gerangan kalian? Untuk pertama kalinya, Andrea Hirata menulis novel dalam genre kejahatan. Pembaca akan berjumpa tokoh-tokoh unik dengan pikiran menakjubkan, yang mudah bahagia dengan hal-hal sederhana.

Sekilas Isi Buku

Novel ini menceritakan kisah orang-orang dari berbagai kalangan sosial masyarakat di sebuah kota kecil bernama Belantik. Diberi judul orang-orang biasa, karena tokoh yang mendominasi cerita adalah mereka; orang biasa. Yang punya penghasilan pas-pasan, hidup serba sulit dan kecerdasan yang minim. Mereka adalah sekelompok orang yang dari namanya saja sudah uniiik sekali. Ada Junileh, Nihe, Handai, Salud, Honorun, dsb.

Dialog antar tokoh dalam novel ini dibuat apa adanya, spontanitas. Membuat pembaca tertawa, terenyuh, tak jarang juga sampai geleng-geleng kepala. Diceritakan, salah satu dari mereka memiliki anak yang cerdas, Aini namanya. Sampai-sampai, dia lulus di fakultas kedokteran. Namun karena tak ada biaya untuk uang masuknya, Aini tak bisa kuliah.

Mengetahui hal tersebut, sekelompok 'orang biasa' ini tak tega, namun tak bisa memberi apapun. Lalu dengan nekatnya, mereka merencanakan sebuah perampokan yang konyol. Perampokan itu benar-benar konyol, dari mulai anggota, perencanaan hingga eksekusinya. Bagaimana tidak, tak ada satu pun dari mereka yang pernah berbuat jahat, bisa dibilang masyarakat di kota Belantik memang sudah lupa cara berbuat jahat. Bagi yg belum baca, coba tebak, apakah perampokannya berhasil? 😄

Perampokan yg semula direncanakan di bank ternyata tak berhasil, sebab.. pada saat uang bank ada di depan mata mereka, mereka malah tak berani mengambilnya, juga terlalu lambat. Entah bisa dibilang untung atau tidak, di rencana mereka yang lain, perampok amatiran ini berhasil mengambil uang hasil korupsi. Dan memang itu rencananya, perampokan di bank sebenarnya hanyalah untuk pengelabuan. 

Ini bukan sekedar biaya semata. Setelah uang korupsi itu didapatkan, mereka tak sanggup -juga tak tega- mengambil uang tersebut. Sebab walaupun mereka adalah orang-orang udik, mereka tak sudi mengambil apa yg bukan milik mereka.

Alhasil, uang tersebut pun dikembalikan kepada petugas pengaman secara misterius. Lalu, bagaimana kelanjutan nasib Aini? Bisa dibaca di bukunya langsung ya :)

Intinya, pesan yang bisa diambil dari novel ini adalah.. 

memberitahu dunia bahwa ada anak cerdas di pelosok yang kecerdasannya terpaksa dikubur oleh ketidaksanggupan membayar biaya pendidikan. 

membuka mata dunia, bahwa masih ada rakyat kecil yang untuk makan saja sulit, berbuat jahat ga sanggup, dan hidupnya tetap disyukuri sebagaimana adanya. 


Sedangkan ada para pembesar yang masih saja tega mengambil hak orang lain dengan nominal yang sebegitu besarnya tapi tak ada rasa takut sama sekali...

Ah buku-buku karya Andrea Hirata memang khas, tentang pesona orang-orang marginal ataupun masyarakat pedalaman dengan keinginan tinggi dan terbentur kenyataan.

Kalian sudah baca buku ini?


Kontributor: @hafsahsalamah

Editor: @visyabiru_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Festival Buku Berjalan: Perayaan 4 Tahun Buku Berjalan dengan Lestarikan Bumi Lewat Literasi dan Aksi

Ada yang spesial di perayaan 4 tahun Buku Berjalan kali ini. Yes … karena Forum Buku Berjalan sebagai komunitas literasi, juga turut serta ...