Jumat, 24 September 2021

Review Buku The Poppy War



Novel The Poppy War merupakan buku pertama dari trilogy The Poppy War. Buku keduanya berjudul The Dragon Republic, dan buku ketiganya berjudul The Burning God. Dua di antaranya sudah diterjemahkan oleh Penerbit Gramedia. Buku ini bergenre fantasi, namun bertemakan sejarah Cina Modern. Novel The Poppy War juga memiliki batas usia minimum bagi pembacanya, yakni usia 17 tahun ke atas. Alasannya, novel ini memiliki banyak sekali adegan kekerasan, gore sampai yang berdarah-darah, kekerasan seksual yang sangat tidak manusiawi, dan genoshida. Jadi sangat disarankan bagi pembaca yang tidak toleran dengan beberapa adegan tersebut, jangan dibaca bukunya hehehe. 


IDENTITAS BUKU

Judul Buku : The Poppy War (Perang Opium)

Penulis : R. F. Kuang

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama 

Jumlah Halaman : 568 halaman

Alih Bahasa : Meggy Soedjatmiko

Editor : Anastasia Mustika Widjaja

Desain Sampul : David Ardinaryas Lojaya



BLURB BUKU

Semua orang terkejut ketika Rin berhasil masuk Sinegard, akademi militer elite di Kekaisaran Nikan. Tetapi, kejutan tidaklah selalu menyenangkan. 

Karena dianggap anak kampung miskin, Rin jadi bulan-bulanan. Apalagi karena ia perempuan. Dalam keadaan putus asa, Rin mendapati dirinya ternyata memiliki kekuatan supernatural yang mematikan–syamanisme. Di bawah bimbingan guru yang dianggap gila, Rin jadi tahu bahwa dewa-dewa yang selama ini dikira mati, ternyata masih hidup.

Kekaisaran Nikan hidup damai, namun bekas penjajahnya, Federasi Mugen, terus mengintai. Kekuatan syamanisme Rin mungkin satu-satunya yang bisa menyelamatkan rakyat, tapi semakin ia mengenal sang dewa Phoenix yang memilihnya, dewa penuh kemurkaan dan dendam, semakin ia khawatir.

Memenangi perang mungkin harus dibayarnya mahal dengan sifat kemanusiaan. 

Dan mungkin semuanya sudah terlambat.

REVIEW BUKU

Novel ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama menjelaskan tentang pengenalan tokoh dan gambaran tokoh utama, Rin, setelah memasuki akademi militer. Bagian kedua, menjelaskan tentang penyerangan Federasi Mugen dan bagaimana keadaan Kekaisaran Nikan setelah penyerangan. Bagian ketiga menjelaskan tentang bagaimana ketidaksesuaian antara pemerintahan Kekaisaran Nikan dengan apa yang terjadi terhadap rakyatnya. 

Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu, tapi hanya menceritakan melalui kacamata Rin sebagai tokoh utama. Gimana, ya jelasinnya? Pokoknya seperti itu, hehehe. Sejauh ini, bahasa terjemahannya bisa diikuti dan saya belum menemukan kesalahan pengetikan dalam novel ini. Alurnya cukup lambat, karena di sini penulis betul-betul menggambarkan bagaimana seluruh keadaan/situasi di dalam novel dengan cukup akurat, meskipun membuat saya terkena ‘reading-slump’. Plot twistnya sangat kacau, dalam artian sangat gila. 

Jumlah tokohnya sendiri cukup banyak. Ada beberapa tokoh yang memiliki kemiripan sifat dan deskripsi bentuk tubuh sehingga membuat pembaca jadi kelimpungan. Hal ini yang membuat saya sedikit agak sulit untuk beradaptasi dengan novelnya. Seperti yang saya katakan sebelumnya, novel ini mengambil banyak sekali isu, seperti unsur politik yang sangat kental karena novel ini adalah fantasi peperangan. Ada pula unsur patriarkis juga muncul selaras dengan getolnya pemerintahan yang berlandaskan keturunan. Unsur lain seperti syamanisme atau kepercayaan terhadap dewa juga sering muncul, unsur kesehatan mental (terutama mental prajurit) juga ikut menyukseskan ceritanya, karena dibarengi dengan unsur kekerasan fisik dan kekerasan seksual yang sangat eksplisit. Ada juga unsur LGBT, tapi tidak terlalu menonjol, bahkan sangat kabur kalau pembacanya tidak begitu perhatian. 

Sehingga, bagi pembaca yang tidak suka bahkan tidak bisa menoleransi beberapa unsur di atas, saya sangat tidak merekomendasikan buku ini untuk dibaca. Tetapi, apabila pembaca dengan selera yang sama dengan saya, dan belum pernah membaca buku ini, sangat saya sarankan agar segera di baca. Selain itu, penilaian pribadi saya terhadap buku ini nyaris sempurna, yakni 4,7/5⭐.

Tanya Jawab

Kenapa Kak Firda tertarik buat bahas nove ini kak? Mungkin bisa dari segi plot, ide, atau yang lainnya. Dan kenapa sih novel ini bisa terkenal banget?  ☺️

Kenapa saya tertarik buat bahas novel ini... Kalau boleh jujur dari hati yang paling dalam, bulan lalu aku baru namatin buku ini setelah terlunta-lunta sejak bulan Mei.

Gara-gara reading slump, nih🤣 Dan setelah sekian lama nggak baca-baca juga, pas dapet mood klik buat baca buku ini, langsung diselesain.

Nah, karena ide ceritanya dari sejarah Cina Modern, yang sebenernya saya sendiri juga belom paham gimana sejarahnya🥲, jadi saya penasaran, segreget apa sih cerita sejarah dibalut sama fantasi. Hasilnya, wow banget😭👍🏽

Saya pribadi berspekulasi kenapa novel The Poppy War ini booming banget di jagat perbukuan dunia. Alasannya :

1. Pembaca luar negeri sangat menyukai novel fantasi, terutana novel fantasi peperangan yang sebenarnya kalau ditelusuri ada banyak banget di luar sana. Cuma belum diterjemahkan aja ke Indonesia.

2. World buildingnya juga kompleks, alias "miss" nya juga hampir nggak ada.

3. Ceritanya penggabungan antara syamanisme atau kepercayaan terhadap dewa sama sains modern. Mungkin hal ini yang jadi poin plus, sehingga banyak orang yang menggandrungi ceritanya.

Waw jadi begtu ya kurang lebih hehe. Oh iya btw nih berarti kalau di dunia perbukuan internasional, pembaca Indonesia masih kurang banyak kah kak? 🙈


Tapi akhirnya bisa lanjut sampe selesai kan kak alhamdulillah. Nah mungkin bisa share juga nih kak firda, pas itu gimana caranya kak firda bisa bangkit dr reading slump? Wkwk

Terus kepercayaan syamanisme ini berarti emang ada gitu gak kak di China?

Kalau untuk syamanisme di Cina sekarang aku kurang begitu tau, ya Mbak. Tapi mungkin kepercayaan terhadap dewa seperti ini masih dijalankan sampai saat ini.

Iya ya ini masih menjadi PR kita semua ya. Tapi semoga dengan adanya para bookstagramer yg sepertinya juga terus bertambah, dan makin pada kreatif juga, perlahan2 masa depan literasi Indonesia bisa membaik 🙈

Iyaaa, alhamdulillah sudah bisa selesai dan sekarang lagi baca buku keduanya🤣👍🏽

Aku tinggal aja bukunya. Baca buku lain yang lagi pengeeeen banget dibaca. Dibaca terus sampai nemu mood yang klik🤣

Kadang aku selingin main game atau nonton youtube. Kaya gitu, mbak🤣

Hehehe okee jadi memang reading slump harus dihadapi ya kak. Ga boleh dihindari dan malah ga baca sama sekali ya. Tp usahakan tetap baca yg sesuai mood kita. Okee nice tips nih kak.

Oh iya kak Firda. Kalau untuk buku kedua berarti lanjutannya buku pertama kan ya. Nah kira2 bakal menarik juga gak nih series keduanya?

Biasanya nih mbak, kalau bukunya trilogi, buku keduanya lebih seru🤣 tapi aku baru sampai 1/3 bukunya. Jadi belom bisa berani bilang ini bakal lebih seru atau nggak.

Wahh penggemar berat novel fantasi banget nih kayaknya kak Firda. Sampe bisa nandain kalau novel kedua biasanya lebih seru ya. Hehe

Oh iya ada satu lagi yg bikin saya penasaran kak. Kenapa judulnya Perang Opium? Opium itu bukannya semacam narkotika gitu gak sih?

Heem, betul! Aduh sampai lupa kan mau trigger warning ada narkotikanya juga😭

Emm, kalau dijelasin sebenernya bakal masuk spoiler banget ini mbak🤣 soalnya perangnya bener2 pake opium. Prajuritnya minum itu dulu sebelum perang biar unsur tegaan dalam diri manusianya hilang dan nggak merasakan sakit kalau kenapa-kenapa.

Berarti ini buku genre fantasi ya kak? Butuh waktu berapa lama kakak baca bukunya? 

Heem, betul

Soalnya udah pakai teknologi tinggi juga di situ. Pakai macam2 gas kimia.

Buku ini kan memuat kekerasan, di sampulnya ada saran utk dibaca ke umur berapa tidak kak?

Ada kok, di bagian atas barcode ada minimum batas usia 17 tahun buat bacanya.

Ini langsung aku kasih quotesnya, yak. Quotes favoritku dari buku ini

"Perang mengeluarkan sisi terburuk sebagian orang; tetapi dengan Nezha, hal itu justru mengubahnya, menanggalkan semua sikapnya yang penuh kepura-puraan dan sombong. Rasanya picik untuk terus mempertahankan dendam lamanya."

The Poppy War, hlm. 374


Kontributor: @ychg_ (Firda)

Editor: @visyabiru_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Festival Buku Berjalan: Perayaan 4 Tahun Buku Berjalan dengan Lestarikan Bumi Lewat Literasi dan Aksi

Ada yang spesial di perayaan 4 tahun Buku Berjalan kali ini. Yes … karena Forum Buku Berjalan sebagai komunitas literasi, juga turut serta ...