Halo Sobat Buku,
sudah baca buku apa hari ini? Kalau saya boleh bertanya, sebenarnya kenapa sih
masih membaca buku? Memangnya ada manfaatnya, atau sekedar suka saja?
Apapun
jawabannya, saya yakin booklover punya alasan tersendiri. Entah karena
suka dengan aroma buku, butuh ilmu baru, atau untuk hiburan. Akan tetapi,
tahukah booklover, kalau ternyata membaca buku itu ada manfaatnya. Baik
untuk kesehatan fisik, mental, bahkan manfaat digital.
Penasaran?
Yuk, kita cari tahu.
Manfaat Membaca dari Berbagai Segi
1. Kesehatan Fisik
Berdasarkan hasil penelitian yang diunggah di Journal of Healthcare Communications, membaca merupakan latihan yang paling bermanfaat bagi otak dan pikiran. Mengapa? Karena membaca membantu otak manusia untuk melakukan semua fungsinya dengan sebaik mungkin.
Seseorang yang
membaca secara teratur, pikirannya akan “dipaksa” untuk berpikir lebih banyak
sehingga mereka menjadi lebih berwawasan. Perlu diketahui bahwa membaca adalah
sebuah proses kompleks yang menggunakan kedua belahan otak. Pada saat yang
bersamaan, Corpus Callosum, jaringan yang menghubungkan kedua belahan otak,
menjadi aktif. Hal tersebut berkontribusi pada pertukaran informasi yang lebih
baik di antara dua belahan otak.
Selain itu, membaca juga bermanfaat bagi sistem pernapasan dan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah). Karena membaca dapat mengaktifkan lobus frontal, dimana semua fungsi otomatis tubuh berasal, seperti bernapas dan fungsi jantung.
Secara detail,
manfaat membaca untuk kesehatan fisik, antara lain:
Membantu melindungi otak
Para ilmuwan
dari Pusat Neuroscience Baltimore meneliti 112 pekerja di sebuah pabrik di
Kanada, dimana pekerja tersebut memiliki kadar timbal yang tinggi dalam
darahnya (karena paparan timbal yang intens dan lama), menemukan hasil bahwa
pekerja yang rajin membaca buku lebih sedikit menderita kerusakan pada
kesehatan mentalnya dibanding pekerja yang tidak rajin membaca. Pekerja yang
mencintai buku tersebut lebih berhasil menyelesaikan tes mentalyang diajukan
oleh para peneliti. Wow, sebuah fakta yang mencengangkan, bukan?
Membantu mengatasi insomnia
Kebiasaan
membaca buku sebelum tidur membantu mengatur jam biologis tubuh dan mengirimkan
sinyal ke otak bahwa sudah waktunya tidur. Dengan demikian, seorang booklover
dapat memiliki jam tidur yang teratur.
Agitasi yang
disebabkan oleh otak karena proses membaca dapat membantu mencegah gangguan
otak termasuk Alzheimer. Para peneliti dari Mayo Clinic di Amerika mempelajari
kebiasaan sehari-hari 200 orang berusia 70-89 tahun dengan gangguan memori
ringan.
sumber: Pixabay |
Peneliti menemukan bahwa subjek uji yang menjadi booklover atau mencurahkan waktu untuk kegiatan kreatif (seperti kerajinan tangan) di usia paruh bayanya, mempunyai risiko 40% lebih sedikit untuk mengalami gangguan memori di usia lanjut/ Alzheimer.
Membantu mengobati stroke
Menurut para
ahli, membaca membuat otak dapat menahan bahaya apapun, bahkan stroke. Hal ini
dikarenakan membaca “mewajibkan” pembacanya untuk menggunakan sinapsis
alternatif. Dengan kata lain, membaca membuat koneksi di antara neuron otak.
Pakar dari Rumah Sakit Anak Duke's menemukan bahwa membaca buku dapat membantu anak-anak yang mengalami obesitas menjadi lebih langsing. Para ilmuwan meminta anak perempuan gemuk berusia 9-13 tahun, yang sedang mengikuti program penurunan berat badan, untuk membaca sebuah novel berjudul “Penyelamatan Danau (menyelamatkan Danau).
Novel tersebut dipilih secara cermat oleh dokter anak, khusus untuk tujuan menurunan berat badan. Tokoh utama dalam novel adalah seorang gadis gemuk dengan kepribadian yang kuat. Setelah membaca buku tersebut, anak perempuan yang mengikuti penelitian, mengadopsi/meniru gaya hidup sehat sang tokoh utama, dan berhasil menurunkan berat badan dan menurunkan BMI (Body Mass Index) setelah 6 bulan.
2. Kesehatan Mental
Secara
signifikan, buku melengkapi kepribadian manusia. Pembaca mendapatkan
pengetahuan berharga mengenai kehidupan, dan imajinasi mereka bisa sangat
besar. Dengan kata lain, buku adalah sarana hiburan, dan secara general menjadi
teman terbaik seseorang.
Membaca buku
dapat membantu mengurangi stres. Kok bisa?
Berdasarkan
sebuah penelitian dari Universitas Sussex, 6 menit membaca per hari cukup untuk
menolak 2/3 dari stres harian yang
dihadapi oleh setiap individu. “Tersesat” dalam halaman buku merupakan
rileksasi yang absolut.
Menurut para
ahli, membaca buku sebelum tidur merupakan aktivitas yang merilekskan manusia
dan membantu mereka menghadapi berbagai faktor stres. Dengan kata lain, metode
ini sangat efektif untuk mengobati kecemasan.
Selain itu,
membaca buku juga meningkatkan konsentrasi. Seorang booklover mempunyai
kemampuan untuk memberikan perhatian penuh kepada apa yang dilakukan dan
berpikir praktis, dengan cara yang efektif dan objektif. Membaca juga
mengambangkan kemampuan seseorang untuk membuat keputusan dan menyelesaikan
masalah.
Ada sebuah
metode yang bernama Biblioterapi yang bertujuan untuk membantu manusia dalam
mengatasi masalah pribadi. Termasuk kesehatan mental atau gejolak batin yang
membuat manusia merasakan kesedihan, pesimisme, dan kesepian karena telah
melalui kehidupan yang sulit.
Istilah
biblioterapi meliputi berbagai cara dimana buku digunakan sebagai alat bantu
terapi untuk memecahkan masalah pribadi, yang dipandu oleh seorang spesialis.
Dengan kata lain, terapi ini menggunakan media sastra untuk membantu individu
yang mengalami masalah emosi dan sosial.
Biblioterapi
sebenarnya bukan hal yang baru. Sebuah prasasti bertuliskan “tempat perawatan
jiwa” terlihat di pintu masuk perpustakaan kuno di Thebes atau di perpustakaan
Stifftsbibliothek di St. Gallen, Swiss. Prasasti tersebut menunjukkan
kepercayaan umum bahwa membaca buku membantu meningkatkan keseimbangan mental
manusia. Begitu juga dengan Aristoteles yang percaya bahwa membaca bermanfaat
bagi kesehatan emosional pembacanya.
Metode
biblioterapi dibedakan menjadi empat jenis sesuai tujuannya dan penerapannya di
bidang tertentu. Empat jenis yang dimaksud adalah biblioterapi klinis,
biblioterapi pencegahan/ perkembangan, biblioterapi membaca, dan biblioterapi
komunikatif/ interaktif.
Kok bisa
seseorang sembuh dari masalah mental dan emosional dengan membaca? Bagaimana
caranya? Jadi, proses perawatan yang dilakukan melalui membaca buku termasuk
dalam domain psidoedukasi.
Psidoedukasi
membantu seseorang belajar dan memahami apa yang terjadi, dan mengapa hal
tersebut terjadi. Cara ini berefek menguntungkan bagi siapapun yang sedang
mengalami masalah kesehatan.
Dengan kata
lain, biblioterapi berkontribusi terhadap rehabilitasi kesehatan seseorang.
Selain itu, biblioterapi juga berkontribusi terhadap promosi dan pencegahan
penyakit.
Ketika
seseorang membaca tentang penyakitnya, mereka mengidentifikasi dirinya sehingga
dapat mengontrol reaksi dan kekhawatirannya dengan lebih baik. Ketakutan mereka
juga dapat berkurang setelah membaca.
Kesimpulannya,
biblioterapi sebagai pengobatan klinis, telah menarik bagi banyak orang dari
segala usia (muda, tua, anak-anak), yang bermasalah dan membutuhkan bantuan
untuk mengatasinya. Psikoedukasi berusaha untuk mengembangkan self-esteem
seseorang dan mencegah perilaku yang bermasalah di kemudian hari.
Saya percaya
bahwa buku adalah ansiolitik. Buku dapat menghilangkan perasaan tegang,
ansietas, panik, dan dapat memberikan manfaat bagi pasien yang cemas. Buku
bukan hanya menawarkan kebangkitan dari kelesuan spiritual, atau merupakan
sumber pengetahuan dan sumber informasi yang tidak ada habisnya. Akan tetapi,
buku juga menawarkan manfaat dari segi kesehatan fisik dan mental. Sesuatu yang
akhir-akhir ini amat penting bagi semua orang.
Bagaimana, Sobat Buku? Setelah mengetahui manfaat dari membaca, apakah Sobat Buku semakin
mencintai buku? Semoga iya. Yuk, tularkan kebiasaan membaca ke lebih banyak
orang agar mereka juga merasakan manfaatnya bagi kesehatan fisik dan mental.
Referensi:
Kokkevi A, Photiou A, Xanthaki M, Kanavou E (2011) The free time of teenagers. Series of themes: teens, behavior & health. University Research Institute of Mental Health, Athens.
Kapravelou A (2008) Bibliotherapy: theory and research data,
educational applications (Diploma Thesis). Postgraduate Study Program
"Modern Environment Learning and Training of Educational Materials,
Pedagogical Department of Primary Education, University of Thessaly, Volos.
Briggs A, Pehrsoon L (2008) Use of bibliotherapy in the treatment of grief and loss: a guide to a current counseling practice. Adultspan J 7: 32-34.
De Hert M, Thys E, Magiels G, Wyckaert S (2005) Anything or
nothing. self-guide for people with bipolar disorder. Houtekiet Publisher, p:
64.
Papadopoulou S (2004) The emotional language: books that speak to students who are silent. Athens: Typothyto.
Kassotakis M, Flouris G (2006) Learning and teaching.
Heraklion Crete: Irida publications
Kourkouta L, Iliadis C, Frantzana A Vakalopoulou V (2018) Reading and Health Benefits. J Healthc Commun Vol.3 No.4:39.
Penulis: Dian Farida Ismyama
Editor: Evi Syahida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar