Senin, 29 November 2021

Manfaat Membaca Untuk Kesehatan Fisik dan Mental

 



 

Halo Sobat Buku, sudah baca buku apa hari ini? Kalau saya boleh bertanya, sebenarnya kenapa sih masih membaca buku? Memangnya ada manfaatnya, atau sekedar suka saja?

 

Apapun jawabannya, saya yakin booklover punya alasan tersendiri. Entah karena suka dengan aroma buku, butuh ilmu baru, atau untuk hiburan. Akan tetapi, tahukah booklover, kalau ternyata membaca buku itu ada manfaatnya. Baik untuk kesehatan fisik, mental, bahkan manfaat digital.

 

Penasaran? Yuk, kita cari tahu.

 

Manfaat Membaca dari Berbagai Segi

1. Kesehatan Fisik

Berdasarkan hasil penelitian yang diunggah di Journal of Healthcare Communications, membaca merupakan latihan yang paling bermanfaat bagi otak dan pikiran. Mengapa? Karena membaca membantu otak manusia untuk melakukan semua fungsinya dengan sebaik mungkin.

Seseorang yang membaca secara teratur, pikirannya akan “dipaksa” untuk berpikir lebih banyak sehingga mereka menjadi lebih berwawasan. Perlu diketahui bahwa membaca adalah sebuah proses kompleks yang menggunakan kedua belahan otak. Pada saat yang bersamaan, Corpus Callosum, jaringan yang menghubungkan kedua belahan otak, menjadi aktif. Hal tersebut berkontribusi pada pertukaran informasi yang lebih baik di antara dua belahan otak.

 

sumber: Pixabay

Selain itu, membaca juga bermanfaat bagi sistem pernapasan dan kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah). Karena membaca dapat mengaktifkan lobus frontal, dimana semua fungsi otomatis tubuh berasal, seperti bernapas dan fungsi jantung.

Secara detail, manfaat membaca untuk kesehatan fisik, antara lain:

Membantu melindungi otak

Para ilmuwan dari Pusat Neuroscience Baltimore meneliti 112 pekerja di sebuah pabrik di Kanada, dimana pekerja tersebut memiliki kadar timbal yang tinggi dalam darahnya (karena paparan timbal yang intens dan lama), menemukan hasil bahwa pekerja yang rajin membaca buku lebih sedikit menderita kerusakan pada kesehatan mentalnya dibanding pekerja yang tidak rajin membaca. Pekerja yang mencintai buku tersebut lebih berhasil menyelesaikan tes mentalyang diajukan oleh para peneliti. Wow, sebuah fakta yang mencengangkan, bukan?

 

Membantu mengatasi insomnia

Kebiasaan membaca buku sebelum tidur membantu mengatur jam biologis tubuh dan mengirimkan sinyal ke otak bahwa sudah waktunya tidur. Dengan demikian, seorang booklover dapat memiliki jam tidur yang teratur.

 Mencegah demensia

Agitasi yang disebabkan oleh otak karena proses membaca dapat membantu mencegah gangguan otak termasuk Alzheimer. Para peneliti dari Mayo Clinic di Amerika mempelajari kebiasaan sehari-hari 200 orang berusia 70-89 tahun dengan gangguan memori ringan.

sumber: Pixabay

Peneliti menemukan bahwa subjek uji yang menjadi booklover atau mencurahkan waktu untuk kegiatan kreatif (seperti kerajinan tangan) di usia paruh bayanya, mempunyai risiko 40% lebih sedikit untuk mengalami gangguan memori di usia lanjut/ Alzheimer.

Membantu mengobati stroke

Menurut para ahli, membaca membuat otak dapat menahan bahaya apapun, bahkan stroke. Hal ini dikarenakan membaca “mewajibkan” pembacanya untuk menggunakan sinapsis alternatif. Dengan kata lain, membaca membuat koneksi di antara neuron otak.

 Membantu mencegah obesitas

Pakar dari Rumah Sakit Anak Duke's menemukan bahwa membaca buku dapat membantu anak-anak yang mengalami obesitas menjadi lebih langsing. Para ilmuwan meminta anak perempuan gemuk berusia 9-13 tahun, yang sedang mengikuti program penurunan berat badan, untuk membaca sebuah novel berjudul “Penyelamatan Danau (menyelamatkan Danau).

Novel tersebut dipilih secara cermat oleh dokter anak, khusus untuk tujuan menurunan berat badan. Tokoh utama dalam novel adalah seorang gadis gemuk dengan kepribadian yang kuat. Setelah membaca buku tersebut, anak perempuan yang mengikuti penelitian, mengadopsi/meniru gaya hidup sehat sang tokoh utama, dan berhasil menurunkan berat badan dan menurunkan BMI (Body Mass Index) setelah 6 bulan.

 

2. Kesehatan Mental

Secara signifikan, buku melengkapi kepribadian manusia. Pembaca mendapatkan pengetahuan berharga mengenai kehidupan, dan imajinasi mereka bisa sangat besar. Dengan kata lain, buku adalah sarana hiburan, dan secara general menjadi teman terbaik seseorang.

 

sumber: Pixabay

Membaca buku dapat membantu mengurangi stres. Kok bisa?

Berdasarkan sebuah penelitian dari Universitas Sussex, 6 menit membaca per hari cukup untuk menolak  2/3 dari stres harian yang dihadapi oleh setiap individu. “Tersesat” dalam halaman buku merupakan rileksasi yang absolut.

 

Menurut para ahli, membaca buku sebelum tidur merupakan aktivitas yang merilekskan manusia dan membantu mereka menghadapi berbagai faktor stres. Dengan kata lain, metode ini sangat efektif untuk mengobati kecemasan.

 

Selain itu, membaca buku juga meningkatkan konsentrasi. Seorang booklover mempunyai kemampuan untuk memberikan perhatian penuh kepada apa yang dilakukan dan berpikir praktis, dengan cara yang efektif dan objektif. Membaca juga mengambangkan kemampuan seseorang untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah.

 

Ada sebuah metode yang bernama Biblioterapi yang bertujuan untuk membantu manusia dalam mengatasi masalah pribadi. Termasuk kesehatan mental atau gejolak batin yang membuat manusia merasakan kesedihan, pesimisme, dan kesepian karena telah melalui kehidupan yang sulit.

 

Istilah biblioterapi meliputi berbagai cara dimana buku digunakan sebagai alat bantu terapi untuk memecahkan masalah pribadi, yang dipandu oleh seorang spesialis. Dengan kata lain, terapi ini menggunakan media sastra untuk membantu individu yang mengalami masalah emosi dan sosial.

 

Biblioterapi sebenarnya bukan hal yang baru. Sebuah prasasti bertuliskan “tempat perawatan jiwa” terlihat di pintu masuk perpustakaan kuno di Thebes atau di perpustakaan Stifftsbibliothek di St. Gallen, Swiss. Prasasti tersebut menunjukkan kepercayaan umum bahwa membaca buku membantu meningkatkan keseimbangan mental manusia. Begitu juga dengan Aristoteles yang percaya bahwa membaca bermanfaat bagi kesehatan emosional pembacanya.

 

Metode biblioterapi dibedakan menjadi empat jenis sesuai tujuannya dan penerapannya di bidang tertentu. Empat jenis yang dimaksud adalah biblioterapi klinis, biblioterapi pencegahan/ perkembangan, biblioterapi membaca, dan biblioterapi komunikatif/ interaktif.

 

Kok bisa seseorang sembuh dari masalah mental dan emosional dengan membaca? Bagaimana caranya? Jadi, proses perawatan yang dilakukan melalui membaca buku termasuk dalam domain psidoedukasi.

 

Psidoedukasi membantu seseorang belajar dan memahami apa yang terjadi, dan mengapa hal tersebut terjadi. Cara ini berefek menguntungkan bagi siapapun yang sedang mengalami masalah kesehatan.

Dengan kata lain, biblioterapi berkontribusi terhadap rehabilitasi kesehatan seseorang. Selain itu, biblioterapi juga berkontribusi terhadap promosi dan pencegahan penyakit.

 

Ketika seseorang membaca tentang penyakitnya, mereka mengidentifikasi dirinya sehingga dapat mengontrol reaksi dan kekhawatirannya dengan lebih baik. Ketakutan mereka juga dapat berkurang setelah membaca.

 

Kesimpulannya, biblioterapi sebagai pengobatan klinis, telah menarik bagi banyak orang dari segala usia (muda, tua, anak-anak), yang bermasalah dan membutuhkan bantuan untuk mengatasinya. Psikoedukasi berusaha untuk mengembangkan self-esteem seseorang dan mencegah perilaku yang bermasalah di kemudian hari.

 

Saya percaya bahwa buku adalah ansiolitik. Buku dapat menghilangkan perasaan tegang, ansietas, panik, dan dapat memberikan manfaat bagi pasien yang cemas. Buku bukan hanya menawarkan kebangkitan dari kelesuan spiritual, atau merupakan sumber pengetahuan dan sumber informasi yang tidak ada habisnya. Akan tetapi, buku juga menawarkan manfaat dari segi kesehatan fisik dan mental. Sesuatu yang akhir-akhir ini amat penting bagi semua orang.

 

Bagaimana, Sobat Buku? Setelah mengetahui manfaat dari membaca, apakah Sobat Buku semakin mencintai buku? Semoga iya. Yuk, tularkan kebiasaan membaca ke lebih banyak orang agar mereka juga merasakan manfaatnya bagi kesehatan fisik dan mental.

 

Referensi:

Kokkevi A, Photiou A, Xanthaki M, Kanavou E (2011) The free time of teenagers. Series of themes: teens, behavior & health. University Research Institute of Mental Health, Athens.

Kapravelou A (2008) Bibliotherapy: theory and research data, educational applications (Diploma Thesis). Postgraduate Study Program "Modern Environment Learning and Training of Educational Materials, Pedagogical Department of Primary Education, University of Thessaly, Volos.

Briggs A, Pehrsoon L (2008) Use of bibliotherapy in the treatment of grief and loss: a guide to a current counseling practice. Adultspan J 7: 32-34.

De Hert M, Thys E, Magiels G, Wyckaert S (2005) Anything or nothing. self-guide for people with bipolar disorder. Houtekiet Publisher, p: 64.

Papadopoulou S (2004) The emotional language: books that speak to students who are silent. Athens: Typothyto.

Kassotakis M, Flouris G (2006) Learning and teaching. Heraklion Crete: Irida publications

Kourkouta L, Iliadis C, Frantzana A Vakalopoulou V (2018) Reading and Health Benefits. J Healthc Commun Vol.3 No.4:39.


Penulis: Dian Farida Ismyama

Editor: Evi Syahida

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

I Am Sarahza : Mengeja Makna Berserah Diri yang Sesungguhnya

J umat siang (22/11) yang lalu, Kak Sasha menyapa seisi grup Forum Buku Berjalan (FBB) dengan sapaan hangat. Seperti yang memang selalu dige...