Apa ya rasanya bila kamu menelusuri sejarah suatu kota melalui berbagai kuliner yang mahsyur di kota tersebut? Nah, Sobat Buku, kali ini MinBuk menyimak sesi Bicara Buku yang membahas tentang sebuah buku bertema kuliner dan sejarah, Jakarta : A Dining History.
Profil Buku Jakarta: A Dining History
Judul :
Jakarta: A Dining History
Bahasa : Indonesia
Tanggal Rilis :
25 Februari 2021
Penulis : Kevindra Prianto Soemantri
Halaman :
242 Halaman
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Blurb Buku Jakarta: A Dining History
Jakarta saat ini adalah rumah bagi puluhan ribu rumah makan
dan restoran yang terbagi dalam cakupan yang amat luas. Dari tempat makan
tradisional sampai restoran kontemporer ada di sini. Bukan hanya itu saja,
Jakarta juga ibarat tuan rumah yang menerima siapapun untuk tinggal di sini,
dari masakan Cina sampai masakan Spanyol, dari meriahnya masakan Aceh hingga
segarnya Gohu Maluku. Namun, jalan Jakarta hingga bisa dibilang sebagai kota
dengan rumah makan dan restoran paling beragam di Indonesia tidaklah hadir
dalam semalam. Lebih dari dua ratus tahun dilewati hingga akhirnya kita bisa
menikmati ragam restoran yang tersaji di kota raksasa ini.
Penulis kuliner, Kevindra Soemantri, menggalinya dalam buku
ini dan membaginya per era. Dari era Batavia di abad ke-19, saat restoran dan
kafe Prancis merajalela; dekade 1970 dan 1980 yang diwarnai restoran hotel
bintang lima dan munculnya tren fast-food; hingga nyamannya foodcourt yang
terletak di pusat perbelanjaan modern di dekade 1990. Restoran dan tempat makan
turut berkembang bersama dengan masyarakatnya, dan inilah yang menjadi intisari
buku Jakarta: A Dining History, yaitu bagaimana warga Jakarta membentuk kultur
makan dan minum yang tidak bisa lepas dari kehidupan sosial masyarakat kota dan
terus berkembang hingga sekarang.
Kesan Membaca Buku Jakarta: A Dining History
Kak Yunie Sutanto, pengulas buku ini pada event Bicara Buku,
mengawali diskusinya dengan
mengungkapkan motivasi penulis dalam merealisasikan buku Jakarta: A
Dining History. Jakarta punya banyak cerita memang benar adanya. Salah satu
cerita yang tidak luput dari koleksi Jakarta adalah cerita mengenai kulinernya.
Hal ini yang menjadi motivasi utama penulis untuk menulis dan merealisasikan
buku ini.
Bermula dari keresahan pribadi penulis akan sulitnya mencari
arsip perkembangan Jakarta, sampai pada akhirnya dapat approval dari legenda
kuliner Indonesia, Pak Bondan Winarno, buku ini punya banyak kesan yang bisa
memikat pembacanya.
Salah satu kesan yang paling kuat, menurut Kak Yunie, adalah
buku ini mampu menghadirkan sensasi nostalgia yang begitu mendalam akan
restoran-restoran masa kecil yang punya banyak memori dan kenangan tersendiri.
Buat Kak Yunie pribadi, restoran yang paling ngangenin adalah restoran Happy
Day.
Sobat buku pasti punya kedai makan dan restoran yang bikin
nostalgia juga kan? Mungkin restoran itu adalah tempat perayaan ulang tahun,
tempat kencan pertama, atau bahkan tempat dilamar? Membaca buku ini bakalan
membawa teman-teman tamasya masa lalu di mana kuliner dan kenangan jadi satu.
Menelusuri Sejarah Jakarta Melalui Beragam Hidangan
Buku Jakarta: A Dining History dibagi menjadi 5 bab, dimana
setiap bab mencakup kurun waktu tertentu dari sejarah Jakarta. Bab 1
menceritakan tentang gaya hidup dan kuliner Jakarta era abad ke-19, dilanjut
dengan Bab 2 yang mengulik tentang kuliner Jakarta di abad ke-20.
Dimulai dari bab 3 dan seterusnya, pembahasan menjadi
semakin mendetail dengan cakupan dekade. Bab 3 membahas kuliner Jakarta di
tahun 1960-an, bab 4 membahas era 1970-1980-an, dan diakhiri dengan bab 5 di
era 1990-an.
Banyak fakta unik nan menarik tentang dunia kuliner Jakarta
yang diungkap dalam buku ini, salah satunya mengenai Kafe L’Amitie di Gunung
Sahari. Kafe ini sudah tercatat eksistensinya di surat kabar Javasche Courant
terbitan 1830, 49 tahun sebelum Thomas Alfa Edison berhasil menciptakan bola
lampu pertama.
Sayangnya, kafe tersebut sudah tidak bisa ditemukan lagi
sekarang. Namun begitu, sejarah mencatat bahwa Indonesia adalah negara Asia
Tenggara pertama yang memiliki kafe dengan standar Eropa.
Riset yang mendalam mengenai kuliner dan wilayah Jakarta
tempo doeloe yang dilakoni oleh penulis buku ini patut diacungi jempol. Nggak
cuma bermodalkan jurnal, penulis juga mendalami laporan sensus penduduk,
biografi tokoh yang punya peranan penting di setiap era termasuk pemilik
restoran legendaris hingga ke pewarisnya, bahkan sampai menekuni pemekaran
wilayah yang dibuat perusahaan Belanda.
Buku yang menghadirkan pengalaman menjelajah sejarah Jakarta
lewat kuliner ini, juga menghadirkan koran dan kartografi dari era-era yang
dibahas. Ada peta kawasan Medan Merdeka sampai Harmoni yang ternyata dulu
dikenal dengan Weltverdeen, Jalan Juanda yang dulunya disebut Noordwijk, dan
banyak lagi.
Memasuki abad ke-20, warga elit Eropa berbondong-bondong
pindah ke kawasan New Gondangdia yang sekarang disebut Menteng – ternyata
Menteng ini memang kawasan elit dari zaman dulu ya, Sobat Buku.. Kawasan ini
diharap bisa menghidupkan gerakan Garden City Movement, sebuah gerakan yang
mempromosikan pembentukan komunitas-komunitas satelit di kawasan pusat kota
yang saling dibatasi oleh lahan hijau.
Inilah alasan kenapa banyak taman yang dibangun di kawasan
Menteng. Aih, MinBuk kalau sudah bahas taman begini, kan jadi ingat sama gerakan
baca
buku di taman yang sedang digerakkan belakangan ini. Baiklah Sobat Buku,
kita balik bahas Bicara Buku lagi ya.
Pada era ini pula Batavia sudah mendapatkan suplai susu
tetap yang memicu maraknya kemunculan toko roti dan kue serta kedai es krim.
Beberapa diantaranya masih beroperasi sampai sekarang dan dianggap sebagai
kuliner legendaris di Jakarta.
Sobat Buku, kamu mungkin familiar dengan kedai es krim Oen
dan Ragusa, kan? Kedua kedai ini adalah kedai es krim ternama yang berdiri
pertama kali pada tahun 1940-an di Jalan Noordwijk. Toko es krim Tropik di Pasar
Baru dan Baltic di Kramat juga salah satu kedai yang masih bertahan hingga saat
ini.
Tentunya masih banyak lagi daya tarik kuliner jadul Jakarta
yang dibahas dalam Jakarta : A Dining History
yang pasti nggak akan terasa memuaskan kalau hanya dibahas dan diulas
secara singkat di sini. Jika kamu pecinta wisata kuliner dan ingin napak tilas
keragaman dan perkembangan kuliner Jakarta dari abad ke abad hingga tahun
1990-an, buku ini wajib masuk daftar bacaanmu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar