Rabu, 10 Juli 2024

Bicara Buku: Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring

 

Bicara Buku — Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring


Buku Self-Improvement memang menjadi favorit banyak orang. Sebagai buku pengembangan diri, buku bergenre ini mampu memengaruhi pembaca untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Hal inilah yang mendasari buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring karya Andreas Kurniawan dipilih dalam bicara buku oleh Forum Buku Berjalan kali ini. 



Profil Buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring

Judul : Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring

Bahasa : Indonesia

Tanggal Rilis : 13 Desember 2023

Penulis : Andreas Kurniawan

Halaman : 192 Halaman

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Blurb Buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring

Ketika menyambut pasien yang sedang berduka, seorang psikiater akan menggali keilmuan yang dimiliki. Dia akan mengulik semua teori duka yang pernah dipelajari di masa kuliah dulu dan mengingat pengalaman dari pasien-pasien sebelumnya. Kemudian, dia menyintesis itu untuk membantu si pasien yang sedang berduka di hadapannya.

Tapi, ketika Andreas—seorang psikiater—kehilangan anaknya, dia melakukan hal yang berbeda. Dia melemparkan semua teori tersebut ke luar jendela dan memutuskan untuk mencari makna tentang mengapa ini semua terjadi. Dalam pengalamannya, dia menemukan bahwa duka bisa dilalui dengan mencuci piring kotor yang menumpuk di dapur.

Buku ini adalah proses Andreas memaknai kehilangan besar dalam hidupnya. Diceritakan santai dengan tambahan sedikit bumbu humor gelap, buku ini memuat panduan bermanfaat yang langsung bisa diaplikasikan dalam hidup, seperti “Tutorial Mencuci Piring”, “Tutorial Menyusun Puzzle”, dan tentunya “Tutorial Menerima Kematian Seorang Anak”.

“Hampir semua orang mempertanyakan: apa hubungannya antara duka dan mencuci piring? Jawaban saya adalah duka itu seperti mencuci piring, tidak ada orang yang mau melakukannya, tapi pada akhirnya seseorang perlu melakukannya.”




Kesan Membaca Buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring

Walau nggak disebutkan secara langsung, MinBuk rasa munculnya ketertarikan Kak Visya akan buku ini diawali dari hal yang serupa dengan kita semua, yaitu judul bukunya yang sangat tidak umum. Menemukan seorang pria yang mau mencuci piring secara sukarela saja sepertinya masih sulit. Namun begitu, buku ini malah menceritakan bagaimana seorang pria bukan hanya mencuci piring belaka, tapi melakukannya dalam rangka melalui duka.

Kak Visya mengaku, bagi dirinya pribadi, dr. Andreas selaku penulis dari buku ini sudah lumayan familiar nama dan kiprah profesionalnya. Walaupun begitu, sebelum membaca buku ini, Kak Visya sama sekali tidak tahu apa yang menjadi duka beliau. 

Rupanya, dr. Andreas tidak menunda dalam menceritakan dukanya kepada para pembaca. Di awal buku, dr. Andreas langsung menjelaskan bahwa ada dua duka besar yang pernah ia alami, yaitu ditinggal oleh ayahnya dan anaknya. 

Begitu membaca bagian ini, Kak Visya langsung mendapat kilas balik ke Desember 2021 lalu, dimana ia pernah mengikuti cerita dibalik #PahlawanSuperHero, tagar yang sempat ramai di media sosial X kala itu. Ternyata Hero adalah anak dari dr. Andreas yang saat itu sedang berjuang melawan penyakitnya.

Kesan yang paling melekat bagi Kak Visya setelah membaca keseluruhan buku adalah perasaan adanya teman pengertian yang secara nggak langsung membimbing kita untuk menjaga dan memperbaiki mental kita selama melewati duka. Padahal, buku ini bukan buku dengan tipikal bahasan tipe psikologi yang kental. 

Makanya, Kak Visya sendiri sangat merekomendasikan buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring untuk Sobat Buku yang sedang berduka. Benar-benar must read!




Bagaimana Bisa Duka Dilalui dengan Mencuci Piring?

Setelah Forum Buku Berjalan membahas konsep Mestakung dalam penyembuhan diri, agaknya kita mengharapkan jawaban dari pertanyaan yang sama melalui buku ini: Bagaimana Bisa Duka Dilalui dengan Mencuci Piring?

Sebelum kita diberikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut, kita dibawa dahulu melalui tulisan-tulisan sederhana yang diambil dari kehidupan dr. Andreas. Menariknya, setiap tulisan punya judul yang, bisa dibilang, sangat bertolak belakang dengan sudut pandang orang kebanyakan. 

Salah satu tulisannya diberi judul “Jangan Menangis Ketika Sedang Berduka”, cukup kontroversial kan? Sejak kapan orang yang berduka malah tidak boleh menangis? 

Tulisan lainnya bahkan lebih membingungkan, judulnya “Tenang Saja, Kamu Pasti Menyesal”. Bagaimana orang yang tahu akan menyesal di kemudian hari bisa tenang-tenang saja?

Kalau boleh jujur, dua judul tulisan ini sukses bikin MinBuk langsung memasukkan buku ini ke daftar bacaan. Bikin penasaran banget nggak sih, Sobat Buku?

Walaupun ada dua duka besar yang dilalui oleh dr. Andreas dalam hidupnya, dr. Andreas lebih fokus membahas mengenai duka yang ia rasakan sepeninggal anaknya melalui karyanya ini. Tidak hanya berbagi pengalaman berduka, dr. Andreas juga menyisipkan banyak insight dari dunia medis ke dalam ceritanya. Saking banyaknya, Kak Visya sampai bisa merangkum istilah-istilah medis baru yang ia dapatkan dari buku ini ke dalam sebuah artikel di blog pribadinya.

Cerita dr. Andreas mengenai dukanya juga sangat detail dan mendalam. Kalau kamu punya trigger yang berkaitan dengan kepergian orang tersayang, MinBuk sarankan untuk membaca buku ini dengan lebih hati-hati karena ada momen-momen menjelang kepergian anak dari dr. Andreas yang diceritakan sangat detail. Namun, terlepas dari itu, dr. Andreas benar-benar berhasil menarik pembaca untuk merasa dan mendalami ceritanya. Pembaca seperti dibawa melalui masa-masa ketika dr. Andreas dan istrinya membersamai anaknya ketika sakit hingga akhirnya harus pergi lebih dulu.

Hal menarik lainnya dari buku ini adalah penggunaan istilah-istilah yang terasa asing bagi orang kebanyakan namun akan terasa dekat bagi orang yang pernah melalui duka, contohnya “tawa pertama setelah duka” atau “normal asimetris”, versi normal terbaru bagi orang-orang yang berusaha kembali ke kehidupan sehari-hari dengan tanggungan duka pada pundaknya.

Akhir kata, kita kembali pada pertanyaan di awal, Bagaimana Bisa Duka Dilalui dengan Mencuci Piring? Sebenarnya, duka punya banyak persamaan dengan mencuci piring. Ketika mencuci piring kita merendam piring kita dengan air, sama ketika kita merendam hati kita dengan duka untuk bisa menerimanya. Ketika mencuci piring, kita basuh piring kotor kita dengan sabun, sama ketika kita membasuh hati kita yang penuh duka untuk bisa bersih kembali. 

Tentunya, ini cuma versi sederhana dari perandaian melalui duka dengan mencuci piring. Sobat Buku harus baca langsung buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring  supaya benar-benar bisa memaknai ini ya!


Kontributor : Afifah Alifia A.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Toko Buku Bernuansa Asik Di Jogja? Coba Ke Sini Saja

Berkunjung ke kota Jogja, bagi kamu yang pencinta buku bisa jadi akan punya itinerary yang berbeda. Kota Pelajar yang katanya tersusun dari...