Cerna dulu. Jangan impulsif.
MinBuk auto penasaran sama sesi Bicara Buku yang mengulas
tentang sebuah buku berjudul The Fallacy Detective yang menurut Kak Yuni selaku
pengulas, banyak sekali mengajarkan tentang kesalahan berlogika. Sudah begitu,
bukunya juga bisa dibaca oleh anak-anak mulai dari usia 12 tahun ke atas.
Wah … MinBuk senang sekali deh, Sobat Buku. Setelah sebelumnya, ada buku anak berjudul Lukisan Persahabatan Kintani yang dibahas di grup Forum Buku Berjalan, kali ini kembali ada buku ramah anak yang temanya terasa cukup berat hadir lagi dalam sesi perbincangan para Sobat Buku.
Profil Buku The Fallacy Detective
Judul :
The Fallacy Detective (38 Lesson on How to Recognize Bad Reasoning
Penulis :
Nathaniel Bluedorn & Han Bluedorn
Penerbit :
Christian Logic
Tahun Terbit : 2009
(cetakan ketiga)
Tebal :
212 halaman
Blurb Buku Anak The Fellacy Detective
The Fallacy Detective has been the best selling text for
teaching logical fallacies and introduction to logic for over 15 years.
What is a fallacy? A fallacy is an error in logic a place
where someone has made a mistake in his thinking. This is a handy book for
learning to spot common errors in reasoning.
- For ages twelve through adult.
- Fun to use -- learn skills you can use right away.
- Peanuts, Dilbert, and Calvin and Hobbes cartoons.
- Includes The Fallacy Detective Game.
- Exercises with answer key.
Kesalahan Logika Apa Sih yang Dimaksud Dalam The Fellacy Detective?
Senang sekali di sesi Bicara Buku kali ini, Kak Yuni yang
akan mengulas sebuah buku anak berbahasa inggris ini ditemani oleh Kak Wiwin
selaku moderator. MinBuk sendiri jadi mendapat banyak insight nih, terutama
dengan bagaimana cara berpikir sebagai manusia sosial yang selama ini dikira lazim
… eh tahunya malah cacat logika.
Sebentar … cacat alias adanya kesalahan dalam berlogika?
Lalu maksud dari kalimat penutup sesi Bicara Buku yang MinBuk sematkan di
pembuka dari post ini tuh, apa ya?
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti sering banget baca
atau mendengar berita yang sebenarnya menuntut logika kita untuk mencerna dan
memberikan penilaian dengan efek sampingnya. Kita akan turut beropini benar
atau salah serta mengikuti atau tidak narasi yang disampaikan.
Nah buku The Fellacy Detective ini sangat menarik karena
setelah sedikit dapat gambaran tentang isinya dengan narasumber, ternyata
membahas tentang kesalahan berlogika. Siap-siap ter-jleb-jleb ya, Sobat Buku.
Lewat penuturan dari Kak Yuni, rupanya buku anak satu ini
sudah berkali-kali dicetak ulang. Sayangnya memang belum ada seri terjemahan dalam
bahasa Indonesia nih. Menariknya, pembaca diajak berpikir cerdas dan berlogika
dengan benar.
Lewat cerita panjang Kak Yuni, asal muasal logika sebagai
suatu disiplin ilmu itu bermula dari penelitian Aristoteles. Ribuan tahun lalu,
Aristoteles mempelajari dan mengklarifikasikan kesalahan-kesalahan bernalar
yang ia amati.
Berhubung membaca buku babon itu abot banget buat orang
kebanyakan, maka lewat buku ini penulisnya (duet Bluedorn) mencoba
menyederhanakan dengan fokus pada kesalahan logika informal. Rupanya, ini nih
alasan Kak Yuni menyarankan untuk orangtua yang memberlakukan homeschooling
untuk anak-anaknya agar turut membaca buku karya duo Bluedorn ini.
Apa itu logical fallacy? Kesalahan dalam berlogika. Ada
kalanya kita tanpa sadar salah dalam berlogika. Dalam buku ini, banyak mengulik
kesalahan dalam berlogika informal.
Serunya, gaya penyampaian dalam The Fallacy Detective
benar-benar mengajak pembacanya serupa bermain ala ala detektif. Ada banyak contoh
kasus logika yang mencermati setiap pemikiran dan narasi yang berseliweran di dalam
bukunya.
Dokumen Pribadi Kak Yuni saat sampaikan Bicara Buku tentang The Fallacy Detective |
Kak Yuni mengutip 4 kesalahan logika informal yang biasanya
tanpa disadari, kemungkinan sering kita lakukan nih, Sobat Buku. Mulai dari :
Red Herring Logical Fallacy
Kesalahan logika ini adalah dengan mengalihkan isu kepada
hal lain yang tak berkaitan. Istilah asiknya sih, ngeles alias banyak alasan.
Contoh :
“Iya, saya tahu, saya membeli air fryer yang sebenarnya nggak
sesuai dengan anggaran bulan ini. Namun, coba bayangkan berbagai gorengan sehat
non minyak yang bisa kita nikmati tanpa rasa bersalah dan tanpa risiko
kolesterol.”
Sebentar … kok MinBuk jadi kepikiran tentang “bayangkan kalau
buku ini nggak dibeli sekarang, belum tentu nanti bisa gampang lagi ketemunya”,
dan begitulah suara hati MinBuk tiap kali beli buku yang jumlah dan harganya over budget dari jatah bulanan MinBuk.
Rupanya Kak Wiwin pun ikut menyuarakan contoh serupa.
Spesial Pledging
Kesalahan logika yang terjadi ketika adanya standar ganda
dan perkecualian khusus yang diminta.
Contoh :
“Saya tahu, menerobos lampu merah itu melanggar aturan.
Tetapi saya harus buru-buru ke bandara. Saya takut tertinggal pesawat.”
Salah tetap salah. Melanggar aturan ya tetap ada konsekuensi
hukum. Jangan cari alibi supaya dibenarkan. Ini adalah jenis kesalahan logika
kedua. Special pleading - permohonan untuk perkecualian.
Ad Hominem Attack
Saat kita menyerang pribadi dari orang yang berargumen dan
bukan menyerang argumennya. Eh … sebentar, poin ini sering banget terjadi dalam
sesi diskusi bukan sih, Sobat Buku?
Contoh :
Jemmy : Om saya bilang
bahwa semua pembunuh harus dihukum mati agar tak ada yang berani lagi melakukan
pembunuhan.
Sylvia : Bukannya
Om-mu dulu pernah dipenjara? Mantan napi tuh tak pantas untuk beropini!
Adalah bijaksana bisa menerima nasihat benar darimana pun
sumbernya. Opini seseorang itu kan netral, jangan subjektif karena tidak suka
orangnya lantas tidak mau terima semua sarannya. Jadi lewat buku ini kita
diajak untuk memilah dengan kritis,
opini mana yang layak masuk prinsip internal kita, opini mana yang kita tolak.
Kita belajar pembentukan opini dengan "sehat" dan
"berimbang" sebelum opini tersebut kita telan dan jadi bagian dari
prinsip hidup kita. Kita hidup di era socmed
dimana hoax bertaburan di mana-mana
dan sebagai netizen yang bijak, adalah baik untuk tidak telan bulat-bulat dan
terprovokasi begitu saja oleh narasi yang beredar. Cek dulu fakta baru share.
Aih … MinBuk suka sekali nih sama pernyataan dari Kak Yuni. Rupanya,
selama ini, hal tersebut yang kebanyakan terjadi dan bikin media sosial makin
riuh ya karena kesalahan berlogika juga.
Genetic Fallacy
Saat kita menyerang argumen orang lain karena latar belakang
si pembuat argumen. Melakukan perundungan terhadap fisik orang lain hanya demi
memenangkan argumennya, rupanya sangat tak masuk logika lho, Sobat Buku.
Contoh :
Jenny : Menurutku,
hukuman mati itu salah. Kita tidak seharusnya mencabut nyawa orang.
Clyde : Ah … kamu
nggak setuju soal hukuman mati kan karena kamu dulu korban child abuse dan kamu
belum bisa move on dari trauma masa kecilmu.
Ada banyak lagi nih pelajaran yang terangkum dan dijelaskan
secara mudah lewat buku The Fellacy Detective ini. Kak Yuni – melalui obrolan
ringannya bersama Kak Wiwin – menyampaikan kalau buku ini perlu banget untuk
ikut kamu baca, Sobat Buku. Apakah kamu jadi penasaran juga sama bukunya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar