Penghujung tahun akan segera datang. Waktunya untuk bersiap mengatur flow keuangan untuk tahun depan. Kemudian sesi Bicara Buku yang bahas buku klasik The Richest Man in Babylon pun muncul di tengah Sobat Buku penghuni group Forum Buku Berjalan (FBB). Aih ... pas banget nggak tuh namanya.

Seketika pikiran Minbuk langsung berisik. Uhuk ... bisakah dimulai dari sekarang untuk mengatur keuangan sebaik-baiknya dan nggak gampang tergoda jajan buku karena buku-buku TBR masih menumpuk? Uhuk lagi ... kan ada Tukar Buku Berjalan yang sesekali bisa jadi solusi.
Baiklah, kurang afdol kalau sesi reportase dari Bicara Buku di awal bulan ini nggak Minbuk mulai dengan mengenalkan dulu bukunya seperti apa. Siap curhatin buku bersama, Sobat Buku?
Profil Buku Klasik The Richest Man in Babylon
Judul : The Richest Man in Babylon (Orang Terkaya di Babilonia) : Rahasia Sukses yang Tak Lekang Zaman
Penulis : George S. Clason
Penerjemah : Marcus P. Widodo
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Tebit : Oktober 2023
Tebal : 212 halaman
Blurb Buku Orang Terkaya Di Babilonia
Buku ini mengedepankan pedoman abadi tak lekang zaman yang menghadirkan prinsip-prinsip mendapatkan, mempertahankan, dan mengembangkan kekayaan. Tersaji dalam bentuk nasiha praktis melalui kisah-kisah menarik berlatar Babilonia Kuno yang disukai pembaca modern, pundi-pundi kempes bisa berubah jadi berat berisi dengan mempraktikkan :p
- edoman abadi kebijakan finansial
- panduan klasik untuk keuangan pribadi dan akumulasi kekayaan
- prinsip menabung, berinvestasi, dan memperolah kekayaan
- kebijakan finansial klasik untuk individu dengan berbagai tingkat pendapatan, serta
- strategi yang telah teruji waktu dalam meraih kemandirian dan kesuksesan finansial.
Profil George S. Clason Si Penulis The Richest Man in Babylon
George Samuel Clason dilahirkan di Louisiana, Missouri pada 7 November 1874. Ia mengikuti kuliah di Univesrsity of Nebraska dan bertugas di United State Army selama perang Spanyol - Amerika.
Mengawali karir yang panjang dalam penerbitan, ia mendirikan The Clason Map Company of Denver, Colorado, dan menjadi orang pertama yang menerbitkan atlas jalan Amerika Serikat serta Kanada. Pada 1926 ia meluncurkan terbitan pertama dari serangkaian pamflet tentang kiat sukses bisnis dan keuangan. Dengan menggunakan perumpamaan-perumpamaan dan latar Babilonia Kuno untuk menyampaikan buah-buah pikirannya.
Pamfle-pamflet ini kemudian disebarkan dalam jumlah besar oleh bank-bank dan perusahaan-perusahaan asuransi, dan dikenal oleh berjuta-juta orang. Yang paling terkenal adalah The Richest Man in Babylon yang kemudian menjadi judul buku yang menjadi bahan bahasan Sobat Buku seantero grup FBB kali ini. Buku ini kini menjadi karya klasik yang menginspirasi berjuta-juta orang modern.
Tentang Buku The Richest Man in Babylon di Indonesia
Ketika sesi Bicara Buku dibuka oleh Kak Selly selaku moderator, Kak Yunie yang kali ini hadir kembali sebagai pengulas -- setelah sebelumnya membawa buku Jakarta A Dining History yang mengangkat tema sejarah -- mengisahkan kalau The Richest Man in Babylon sebenarnya sudah pernah pernah diterjemahkan oleh penerbit Kakatua juga untuk versi Bahasa Indonesia.

Cerita lainnya tentang buku yang membahas cara menjadi kaya ala orang terkaya di masa Babilonia Kuno ini yaitu, menjadi salah satu buku bacaan wajib yang masuk ke dalam kurikulum homeschooling di Amerika. Alasan yang tentu saja menarik perhatian Kak Yunie untuk turut bisa membaca tuntas bukunya.
Hingga akhirnya kesempatan untuk menyentuh dan membaca habis buku George S. Clason inilah, Kak Yunie kemudian paham, mengapa buku yang membahas tuntas soal mengelola finansial ini pada akhirnya menjadi salah satu buku bacaan klasik terkait literasi keuangan yang direkomendasikan.
Kebetulan, Kak Yunie membaca yang versi bahasa inggrisnya. Namun, Minbuk di sini memunculkan bukunya dalam versi bahasa Indonesia, sebab di sesi Bicara Buku minggu lalu, buku klasik The Richest Man in Babylon versi terjemahan Indonesia versi terbaru turut dibagikan di ruang diskusi Forum Buku Berjalan sebagai hadiah seru.
Kalau dihitung mundur nih, Sobat Buku, versi cetakan pertama dari classical book The Rischet Man in Babylon ini kan terbitnya di tahun 1926 kan ya. Kalau Minbuk hitung secara iseng-iseng sih, ternyata sudah hampir 100 tahun kurang dikit. Wow .... Di sisi lain, usia penulisnya pun tepat 150 tahun di saat in Benarlah menjadi penulis itu bisa membuat usianya jauh lebih panjang walau telah lama berpulang, ya kan?
Pada bagian prakata bukunya, Kak Yunie merangkumkan -- sekaligus menerjemahkannya secara bebas -- untuk Sobat Buku, tentang apa sih pesan alias napas yang dibawa oleh buku klasik ini. Simak ya.
Uang akan "ngumpul" di tangan mereka yang paham hukum-hukum sederhana untuk mengelolanya. Hukum yang sama masih berlaku hingga hari ini. Tak berubah sejak c. 6000 tahun lalu di Babilonia!
Ada lagi nih, kutipan ala-ala dari Kak Yunie yang muncul dalam buku Orang Terkaya di Babilonia.
Kesukseskan ekonomi sebuah bangsa tergantung pada kesuksesan ekonomi setiap individunya. Buku ini fokusnya pada kesuksesan finansial setiap pribadi. Bagaimana memiliki pola pikir yang betul dalam area keuangan?
Tambahan lagi ya, Sobat Buku.
Literasi finansial yang membuat orang tuh melek finansial. Obat bagi dompet yang tipis. Obat bagi kantong kering.
Bagaimana Sobat Buku? Apa kamu sudah kicep mingkem adem seperti Minbuk sepanjang membaca quote dari Kak Yunie yang disampaikan pada sesi Bicara Buku kali ini? Kalau iya ... okesip, yuk kita lanjut ceritanya.
Kesimpulannya tentu saja, kalau dompet kita ini tipis, tentu hidup juga kurang berkuaitas ya. Sebab untuk memiliki barang atau mendapatkan jasa terbaik yang mendukung keseharian, serta mewujudkan berbagai impian, itu jelas membutuhkan uang. Itulah mengapa, penting untuk memahami prinsip mengelola uang sehingga dompet pun bisa berpotensi jadi gemuk.
Bahas Buku Finansial Klasik The Richest Man in Babylon
Kak Yunie memaparkan kalau buku ini tuh menghadirkan gaya bertutur ala naratif seolah pembaca sedang menikmati dongeng ala masa Babilonia. Bahkan di bagian akhir bukunya, ada cerita yang membahas penemuan lempeng tanah liat yang isinya catatan harian mantan budak yang hidup bebas finansial.
Jika seseorang beruntung, tidak ada yang bisa meramalkan seberapa besar kemungkinan keberuntungannya. Lempar saja dia ke sungai Efrat, dan dia akan berenang keluar dengan mutiara di tangannya.
Lagi dan lagi, Minbuk munculkan kutipan bebas ala Kak Yunie untuk melengkapi cerita kita tentang sesi Bicara Buku di penghujung November ini. Kutipan tadi juga merupakan kutipan favorit dari Kak Yunie.
Kutipan tersebut kalau diperhatikan selewat lalu, mengajak kita buat nggak menye-mene gitu. Stop self pity deh. Karena bila terlahir miskin itu, bukanlah salah kita selaku anak. Namun, bila dalam hidup ini kita enggan paham cara mengelola keuangan, niscaya kita akan terbelenggu oleh keadaan dompet yang kempes selalu.
Thats why, beruntung itu sebetulnya adalah sebuah kesiapan menerima kesempatan saat kesempatan itu tiba. Dihadiahi cobaan A sampai Z, akan tetap gigih dan tangguh kalau memang jiwanya tahu mengendalikan diri dan mengendalikan keuangannya.
Semua dimulai dari pola pikir yang diubahkan sih. Serupa si Dabasir yang merupakan mantan budak, sanggup lho dirinya puany mindset yang membuatkan terbebas dari perbuakan. Dan, ciri seseorang yang siap menerima kesempatan dan siap kaya adalah melakukan pekerjaan apapun yang dijumpai tangannya dengan sebaik mungkin.
Jelas banget ya, Sobat Buku, pesan dari Kak Yunie yang diambil dari buku klasik satu ini. Kalau kerja itu, all out. Totalitas banget, pokoknya. Kalau belajar pun totalitas, bukan cuma semata sistem kebut semalam.
Umm ... permisi ... ini Minbuk selaku yang masih punya jam belajar dan Sobat Buku lainnya, kan jadi kecolek nih, Kak Yunie. Tuh dengerin, no more SKS a.k.a Sistem Kebut Semalam alias belajar atau kerja ala ngepet. Di buku Dahsyatnya Ibadah, Bisnis, dan Jihad Para Sahabat Nabi yang Kaya Raya pun, ada makna yang sebelas dua belas lho tentang kesiapan ambil kesempatan begini.
Dalam tujuh bab yang singkat, ada langkah manjur untuk mengobati dompet tipis. Walay tipis, menurut Kak Yunie nih, Sobat Buku, bahasannya tuh "nancep". Langkahnya, mulai dari :
- Mulai menggemukan dompetmu dengan menabung
- Kontrol pengeluaran. Jangan biarkan lebih besar pasak dari pada tiang.
- Lipatgandakan hartamu dengan berinvestasi yang bijak
- Jaga kekayaanmu dari kerugian alias jauhi investasi bodong
- Jadikan tempat tinggalmu sebagai asetmu. Artinya, berani punya rumah sendiri
- Amankan pemasukan masa depanmu. Sarannya sih, miliki polis asuransi
- Tingkatkan kemampuanmu menghasilkan kekayaan. Upgrade diri dan skill terus
Akar dari segala kejahatan adalah cinta uang. Orang cinta uang karena sesuatu karena itu sesuatu yang memudahkan hidup dan bisa membeli berbagai kenikmatan hidup. Sayangnya tidak semua orang paham cara pengendalian uang.
Bagaimana punya pola pikir yang benar tentang uang, sehingga uang itu selalu ada di rekening dan dompet kita. Pola pikir yang harus dimiliki adalah kita jadi pengelola dari uang. Ingat ya, kita bukan pemilik, tapi pengelola.
Pengelola itu maknanya, ia sadar bahwa dia bukanlah si pemilik uang tersebut. Hanya dititipi oleh Yang Maha Menguasai Segala alias Tuhan Yang Maha Esa untuk diputar dan dikembangkan. Jadi, hasratnya pun bisa lebih dikendalkan. Remnya nggak suka mendadak blong kalau ketemu sama diskon tanggal kembar.
Nah kan, Sob. Sudah kena colek belum, kamunya? Plis ... Minbuk mau ngumpet dulu. Tapi ... habis selesaikan reportase Bicara Buku ini dong ya. Ehehehe ....
Biasanya, buku-buku bertema finansial akan menghadirkan pembahaan yang agak bikin kening berkerut ya. Beda nih sama The Richest Man in Babylon. Apa kamu tertarik baca juga?
Sebenarnya, pada setiap sesi Bicara Buku, selalu ditutup dengan sesi tanya jawab mengenai isi buku dan pandangan dari para pengulasnya. Tapi, tentu saja, kalau kamu mau menikmati sesi lengkapnya, akan lebih baik bila nggak melewatkan perbincangannya, hanya di grup Forum Buku Berjalan.
Siap ikutan di sesi selanjutnya, Sob? Buku apa yang akan dikupas selepas The Richest Man in Babylon ini? Ketemu sama Minbuk di WAG Forum Buku Berjalan yaaaa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar