Kamis, 30 Januari 2025

Menjual Diri? Bagaimana Caranya?

Minbuk mengedipkan mata dengan cepat ketika mendapati bahwa sesi Bicara Buku minggu itu akan mengangkat sebuah buku berjudul Menjual Diri karya Pire GS. Hmm ... maksudnya apa nih? Lalu, bagaimana caranya?

Penasaran dengan bukunya, tentu saja Minbuk duduk manis, menyimak dengan tenang. Seperti biasa, Minbuk hadir memang untuk membuat catatan yang bisa Sobat Buku nikmati melalui blog Forum Buku Berjalan bila kamu belum sempat hadir dan nggak sanggup manjat tinggi di grup. 

Atau ... bagi kamu yang belum bergabung jadi member FBB. Pssttt ... part ini tuh, maksudnya ajakan garis keras biar kamu gabung juga lho. Ehem ehem ....

Pada Jumat malam itu, Kak Sasha selaku moderator sudah membuka dengan sebuah pantun seru. Memanggil sekaligus menyambut Kak Rifky yang khusus hadir sebagai pengulas buku karya almarhum Prie GS ini. 

Profil Buku Menjual Diri Karya Prie GS

Judul            : Menjual Diri

Penulis        : Prie GS

Penerbit      : Cipta Prima Nusantara

Edisi             : Maret 2017

Tebal            : 214 halaman

ISBN             : 978-602-8054-91-1

Blurb Buku Menjual Diri Prie GS

"Saya menjalani langkah demi langkah sesuai isidalam buku ini. Hasilnya: pelan tapi pasti hidup saya berubah menjadi saya seperti yang sekarang ini!" (Prie GS)

Prie GS, pelan tapi pasti mulai menyita perhatian publik di Indonesia lewat tulisan, siaran, kolom, dan ceramah-ceramahnya. Talkshow-nya di jaringan Radio SmartFM di kota-kota utama di Indonesia disebut pendengarnya sebagai sangat menggoda. Untuk itulah, sebutan "Sang Penggoda Indonesia" disematkan kepadanya. Ia banyak diundang ke berbagai kalangan, mulai dari kampus hingga ke perusahaan-perusahaan besar dengan gayanya sendiri: nakal, tajam, penuh humor, penuh kedalaman. Ia banyak menebarkan sentuhan kegembiraan di mana saja: baik di panggung, i tulisan, di siaran, maupun dalam hidupnya keseharian.

Di buku ini, Prie GS menulis seluruh resep itu, denga contoh-contoh yang ia alami sendiri. Di mata orang ini, apa saja sanggup ia substansikan menjadi modal untuk bergembira. Kegembiraan itu baginya mudah, murah dan bergaya gugah. Ia membuat redefinisi tentang sukses dengan cara tak terduga dan mudah dijangkau oleh siapa saja. Prie GS lewat buku ini tidak sedang mengarang suatu teori. Ia menjelaskan begitu saja cara hidupnya yang unik dan otentik. Ia mengajak setiap pembacanya untuk masuk ke ruang-ruang otentik itu karena setiap pribadi adalah wilayah otentik yang tak tersaingi. Selamat membaca buku langka ini dan rasakan aura kegembiraan yang ada di dalamnya.

Tetang Sosok Prie GS Sang Penulis Buku Menjual Diri

Prie GS merupakan seorang budayawan berkebangsaan Indonesia. Beliau mengawali karirnya sebagai wartawan di harian umum Suara Mrdeka Semmarang, Jawa Tengah. 

Prie GS juga seringnya dikenal sebagai seorang kartunis, penyair, penulis, dan public speaker di berbagai seminar, diskusi, dan menjadi host untuk acaranya sendiri. Baik di radio maupun di televisi. Persis yang termuat edikit di bagian blurb buku Menjual Diri.

Beliau telah berpulang pada tahun 2021 akibat serangan jantung. Mkaa buku Menjual Diri ini termasuk salah satu warisan pengetahuan dari beliau untuk para pembacanya.

Karya beliau ada belasan judul buku yang sayangnya nggak terlalu banyak dibahas, utamanya oleh rekan-rekan booktagram. Bisa jadi sebab sepeninggal beliau, promosi buku-buku beliau (yang dicetak secara indie) kurang dimasifkan. Meskipun sampai saat ini masih dijual oleh putrinya lewat marketplace "toko oren". 

Begitulah sedikit cerita dari Kak Rifky mengenai sosok penulis buku Menjual Diri, Prie GS. Sekaligus menjadi alasan kuat mengapa Kak Rifky hadir ditemani Kak Sasha untuk memperbincangkan buku beliau ini di grup member dari Forum Buku Berjalan.

Selain itu, judul bukunya lekas menarik hati Kak Rifky untuk turut mrmbacanya juga.Apalagi ada subjudul di bagian baahnya: Bertemu Diri, Bertemu Makna, Bertemu Sukses. Kak Rifky membayangkan kalau buku ini merupakan sebuah buku nonfiksi pengembangan diri yang unik.

Makna Menjual Diri dalam Buku Karya Prie GS Ini

Semua manusia, pada hakikatnya tengah melakukan proses "menjual diri". Tentu saja, dalam artian positif.

Kita -- mari sebut saja begini ya, Sobat Buku -- saat ini, sedang menjual diri kepada orang lain dengan karya nyata di setiap peran yang diamanahkan. Seperti orangtua kepada anak, guru kepada murid, dan sebaliknya. Bahkan, kita sedang menjual diri kita kepada Tuhan agar DIA mau membeli "dagangan" kita dengan bayaran berupa "surga". 

"Setuju, nggak?" tanya Kak Rifky pada seluruh Sobat Buku yang menyimak Biacaa Buku, malam itu.

Minbuk? Tentu saja lekas mengangguk.

Menjual diri tentu saat ini sudah bukan lagi jadi ungkapan asing. Selayaknya marketing hidup. 

Kak Rifky mengungkapkan kalau dirinya begitu penasaran, menjual diri macam apa aih yang Prie GS lakukan? Hingga buku Mejual Diri ini hadir untuk pembaca yang berhasil mnemukannya.

Ternyata, bisa dibilang bahwa buku Menjual Diri karya Prie GS adalah semacam "buku pintar" karena rupanya sang penulis menuangkan semua resep sukses hidupnya di dalam buku in. Prie GS menyebut setidaknya ada 3 modal utama seseorang dala menjual diri: punya kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.

Tentu, ditambah satu kecerdasan lagi. Kecerdasan berbisnis. 

Makna Setiap Kecerdasan sebagai Modal Menjual Diri dari Sudut Pandang Prie GS

Minbuk beruntung sekali, sebab Kak Rifky berkenan untuk membahasnya satu per satu. Sesi Bicara Buku pun perlahan makin seru, sebab bahasan dari buku karya Prie GS semakin mendalam.

Kecerdasan Intelektual

Kecerdasan intelektual itu ada di kepala, pikiran. Meski ada yang mengatakan kalau kecerdasan ini berkaitan erat dengan genetik atau keturunan, tetapi kecerdasan jenis ini juga bisa dirangsang dengan asupan informasi dan stimulasi dari luar. Misalnya saja dengan membaca, mendengar (berguru) dari sumber yang benar.

Orang yang memiliki kecerdasan jenis ini nggak hanya mampu menelaah segala peristiwa dengan ilmu yang relevan, melainkan juga mampu menelaah dirinya sendiri. Prie GS menyampaikan, kecerdasan intelektual membuat mata, hidung, bibir, bahkan napas kita menjadi terpelajar. Contohnya: apa yang pantas dan perlu kita keluarkan dai mulut saat bicara.

Membahas tentang kecerdasan intelektual, Minbuk tentu lekas terngiang tentang sesi Bicara Buku The Fallacy Detective yang bahas kecerdasan berlogika. Maka, maknanya, kecerdasan intelektual pun bisa memilah informas sebaik-baiknya, kan ya? 

Kecerdasan Emosional

Jika kecerdasan intelektual tadi adalah akal, maka kecerdasan emosional adalah rasa. JIka akal adalah kepintaran, maka emosi atau rasa adalah kepekaan.

Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional, membuatnya terlihat anggun. Menjadikannya orang yang elegan di mata orang lain. Biasanya ia akan menjadi sosok yang berempati dan punya kemampuan mendengar yang baik pula.

Kehadiran seorang yang cerdas emosionalnya, bisasanya ditunggu-tunggu kehadirannya oleh orang lain. Tentu saja, sebab kepribadiannya yang menyenangkan. 

Cerdas emosional bisa membuatmu mencair saat orang lain memadat, dan sebaliknya kamu memadat saat orang lain sedang cair. Kehadiranmu akan membuat kata "iya tidak" dan "tidak iya" tiba-tiba memiliki arti.

Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan mengenali nilai. Kecerdasan ini membungkus dua kecerdasan sebelumnya, engan kita akan menuju 'mulia'. 

Ya. Pribadi dengan kecerdasan spiritual yang baik akan menjadikannya mulia bagi masyarakat. Nilai baik dan buruk yang langsung terealisasi dalam sikap, perbuatan, dan perkataan, bahkan segala pengambilan keputusan.

Ada sedikit catatan yang Kak Rifky sampaikan untuk Sobat Buku yang malam itu fokus menyimak sesi Bicara Buku. Ternyata, pintar intelektual dan peka (luwes) saja, nggak cukup. Kita perlu tahu nilai, agar bisa memaknai hidup lebih baik lagi. Bukan hanya hidup untuk kepentingan diri sendiri, melainkan juga kebermanfaatan.

Seseorang yang cerdas intelektual, belum tentu cerdas emosinya. Orang yang cerdas keduanya, belum tentu cerdas spiritualnya. Maka mengupayakan tiga kecerdasan ini adalah pilah kita menjadi manusia yang bisa mengoptimalkan potensi diri kita sesuai kehendak Tuhan. 

Bukankah Tuhan memberi kita modal yang sama, yaitu akal dan hati? Jadi menurut Kak Rifky malam itu, buku Menjual Diri ini sesungguhnya mengajak para pembacanya untuk melakukan optimasi keduanya dengan mempelajari tiga jenis kecerdasan tadi.

Kecerdasan Berbisnis

Menurut Prie GS dalam bukunya yang berjudul Menjual Diri ini, kecerdasan berbisnis akan dimiliki kalau kita punya kecerdasan spiritual, karena keduanya saling terkait. Katanya, menolak mengaitkan bisnis atau kegiatan apapun dengan spiritualitas, sama dengan penolakan atas kematian.

Hmm ... lagi lagi, bahasan ini kembali membawa Minbuk mengenang sesi Bicara Buku Dahsyatnya Ibadah, Bisnis, dan Jihad Para Sahabat Nabi yang Kaya Raya yang menyuarakan poin serupa. 

Dalam buku Menjual Diri karya Prie GS ini, pun dijelaskan panjang lebar juga mengenai detail kecerdasan berbisnis ini. Prie GS memberikan contoh juga ketika kecerdasan berbisnis disandingkan bersama kecerdasam intelektual, emosional, sampai spiritual.

Serunya Baca Buku Menjual Diri - Prie GS

Kak Rifky mengungkapkan kalau buku ini tuh otentik, Sobat Buku. Ditulis dengan gaya khas penulis. Sumbernya tentu saja pikiran penulis sendiri. Pengalaman konkrit Prie GS sepanjang hidupnya dari titik nol sampai dengan akhir hidupnya, semua lengkap diuraikan dalam buku ini dengan ringan. 

Asiknya buku ini? Tentu saja karena Prie GS pakai bahasa seperti seseoang yang tengah mengajakmu mengobrol. Kak Rifky menyatakan kalau dirinya begitu suka gaya santai, penuh humor, kalimat jenaka yang 'ngalir', tapi kritis. 

Di dalam buku ini, penulisnya yang juga memiliki latar belakang kartunis dan budayawan, memberi sentuhan sketsa kartun dan kutipan nyentrik namun mendalam di setiap awal bab atau bahasan baru. Terasa ringan namun dalam ya, Sobat Buku?

Buku ini pun -- menurut Kak Rifky -- mencerahkan kita agar lebih terarah dalam mengoptimalkan potensi diri sepanjang menjalani peran dalam kehidupan. Pada setiap tugas yang diamanahkan, dalam 'menjual diri", hingga kita panas "dibayar" dengan layak, nantinya. 

"Tidak semua manusia cerdas bisa menjadi luwes dan anggun. Tidak semua yang anggun selalu berwatak mulia. Itulah mengapa ada sebutan white collar crime, penjahat berdasi. Karena kecerdasan dan kelembutan bisa pula menjadi alat untuk menipu. Namun, nilai pasti menolak untuk membohongi dirinya sendiri." 

Halaman. 100

Ahh ... Minbuk menarik napas panjang selepas sesi Bicara Buku bersama Kak Rifky yang ditemani Kak Sasha malam itu. Terasa sekali kalau buku Menjual Diri karya Prie GS ini akan jadi koleksi berharga untuk dibaca dan dimiliki dalam susunan buku pribadimu. Menurutmu bagaimana, Sobat Buku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baitul Maqdis for Dummies : Mengenal Lebih Jauh Negeri Para Nabi

Siang itu, Kak Ani selaku pengulas dari buku Baitul Maqdis for Dummies karya Felix Y. Siauw langsung melempar sapa sekaligus tanya, sejauh m...